Manajemen Strategi Stres dan Depresi
Siapa pun dan dimana pun, manusia pasti selalu berhadapan dengan dinamika kehidupan. Dinamika-dinamika itu mampu menyebabkan penyakit yang dapat menyerang mental manusia yaitu stres dan depresi. keduanya adalah penyakit yang paling umum yang terdapat dalam kehidupan masyarakat kita. stres juga dapat menyebabkan kecemasan fisik, mental dan emosional. Stres dan depresi merupakan gangguan psikologis. Oleh karena demikian, stres dan kesehatan fisik dapat saling mempengaruhi. Seorang ayah dengan beban fikiran yang berat, seorang ibu memikirkan kondisi rumah, anak-anak, suami, dan juga seorang anak dengan berbagai persoalan dan tuntutan karir, mungkin, tekanan-tekanan itu lah yang melahirkan gangguan secara mental atau psikologis.
Mahasiswa yang disibukkan dengan tugas-tugas akhir, masalah percintaan, uang jajan yang kurang, tekanan batin yang dirasakan kawula muda, bahkan problem orang tua yang bercerai, sering bertengkar, sepasang kekasih mengarungi hidup bersama dengan berbagai permasalahan yang melanda, tak terlepas dari stressing ini, kalau gak kuat pondasi kita dalam membentengi diri terutama mental dan emosi, ya jadilah kita orang-orang yang tidak mampu mengatur keresahan itu. Mulai dari umur 12 tahun hingga 60 tahun, sebagian besar orang pasti menderita stres atau depresi. Hal itu bisa menghancurkan kebahagiaan dan kedamaian. Hidup memiliki keistimewaan dan masalah, yang keduanya bekerja secara berdampingan. Nggak ada yang bisa lari dari kedua hal itu. Yang penting adalah bagaimana kita mampu dan bisa menghadapi mereka.
Dan sebenarnya depresi itu dampak dari stres. Stres itu normal jika kita mampu mengatur ritmenya. Dalam artian gini, kita berhadapan dengan suatu permasalahan, sehinggal situasi tersebut menggangu psikis kita, akibatnya bisa stres, depresi, frustrasi, dsb, namun kita harus menganalisa seberapa banyak waktu stres dan depresi itu yang dapat dikategorikan berlebihan. Gak ada permasalahan atau tekanan hidup yang gak dapat kita selesaikan, itu sudah pasti. Seberapa keras masalah itu hadir bersama kita, maka sejauh itu lah kita bisa menyelesaikan. Apakah bisa dihindari? dihindari gak bisa, akan tetapi kita bisa meminimalisir stres maka masalah juga akan hilang.
Dikutip dari https://www.islamicity.org/6575/islamic-perspective-in-stress-management/, bahwa di Amerika Serikat hampir 20 juta orang yang menderita stres dalam kaitannya dengan penyakit atau gejala mereka. Kompensasi atas stres tersebut memakan biaya hampir $200 juta per tahun. Kehilangan produktivitas dan penyakit terkait stres secara langsung atau tidak langsung mencapai $50 miliar per tahun. Banyak perusahaan dan individu menghabiskan hampir $15 miliar per tahun untuk manajemen stres karyawan mereka.
Dalam kehidupan kita sehari-hari, stres memengaruhi rasa damai di rumah, etos kerja di tempat kerja, nilai pelajaran di sekolah, dan bahkan perilaku makan dan kehidupan dalam pernikahan.
<
>
Tanda-Tanda Peringatan Stres
Tanda-tanda stres yang paling awal adalah cepat marah, perubahan suasana hati atau mood, susah tidur, kurang konsentrasi, gangguan perut, kepekaan ekstrem terhadap kritik, kenaikan berat badan, takut gagal, kurang nafsu makan, dan bisa membawa ketergantungan pada obat penenang atau alkohol untuk tidur. Oleh karena itu, stres dan depresi identik dengan perubahan emosi yang ektsrem.
Kondisi Yang Menyebabkan Stres
Para psikiater telah mengidentifikasi sekitar 50 stresor. Faktanya, setiaperubahan, baik atau buruk, akan membuat stres. Perubahan dalam status, pekerjaan, atau deskripsi pekerjaan, di sekolah, tempat tinggal, status keuangan, kehilangan atau keuntungan anggota keluarga atau teman dekat, cedera atau penyakit, bencana nasional atau berita kerusuhan atau kekerasan, semuanya bisa sangat membuat stres. Semua itu berpotensi.
Adapun faktor penyebab stres yang paling sering terjadi yang pertama adalah masalah emosional. Apalagi pada saat kita merasa tidak mampu berhubungan dengan seseorang, atau perlu mengekspresikan emosi tapi nggak bisa, hal demikian itu dapat meningkatkan stres. Gangguan kesehatan mental, termasuk juga depresi dan kecemasan bisa menambah ketegangan emosional.
Kalau kita menelisik secara psikologis, maka stres diakibatkan oleh faktor-faktor berikut ini.
- Ketakutan terhadap hal yang tidak diketahui dan ketidakmampuan kita untuk mengenali, meramalkan, dan mengendalikannya.
- Kehilangan sesuatu dan orang-orang tersayang dalam hidup kita, serta ketidakmampuan kita untuk memulihkan kondisi ini atau menerimanya.
- Ketidakmampuan kita untuk melihat masa depan atau bahkan mungkin kita lebih stres jika kita bisa melihat masa depan.
- Konflik antara pikiran. Kenyataan dan kegagalan kita untuk menerima kenyataan (yaitu fase penyangkalan). Kurangnya kedamaian batin karena konflik internal kita yang mengarah pada gangguan eksternal dalam perilaku kita dan mempengaruhi kesehatan kita.
Mengatasi Stres
Meskipun kita semua terpapar stres, mengapa sebagian dari kita dapat mengatasinya dengan lebih baik daripada yang lain? Apakah itu cara kita menghadapi stresor, atau cara kita dibangun? Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa beberapa dari kita mungkin secara genetik cenderung mengalami depresi, atau memiliki kekurangan dalam tingkat neurotransmiter, hormon pengatur suasana hati, atau tidak menghasilkan cukup adrenalin sesuai permintaan.
Nah, keyakinan agama seseorang memiliki pengaruh penting pada kepribadian dan pandangan hidupnya. Dengan bertawakal kepada Tuhan, seorang mukmin meminimalkan tekanan pada dirinya dengan mengurangi tanggung jawab dan kekuatannya untuk mengendalikan kegagalannya. Cara yang terbukti untuk menangani stres seperti yang dipraktikkan sekarang berkisar dari meditasi, tidur, olahraga, sosialisasi, biofeedback, psikoterapi, dan obat penenang.
Kita dapat mengatur stres atau gangguan emosional itu dengan beberapa hal, diantaranya, menjaga kesehatan dengan berolahraga atau aktivitas fisik teratur, tidur yang cukup, makan seimbang, menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, melakukan kegiatan sesuai dengan minat dan kemampuan, selalu berpikir positif serta menenangkan pikiran dan mengembangkan hobi. Pada tulisan ini kita akan membahas bagaimana mengatasi stres berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits.
Meskipun stres akan menimpa siapapun termasuk anak-anak, ada profesi tertentu yang mendapatkan lebih dari bagiannya. Mereka termasuk sales, pialang saham, sekretaris, guru sekolah dalam kota, pengontrol lalu lintas udara, magang medis, polisi dan departemen penanganan pengaduan. Sangat menarik untuk dijiadikan catatan bahwa kualitas seperti ambisius, kompulsif, berprestasi tinggi, berorientasi pada produktivitas dipandang sebagai tanda efisiensi oleh pemberi kerja, juga merupakan ciri kepribadian tipe A, sangat berbahaya bagi kesehatan kita. Jadi seninya adalah memiliki sifat-sifat ini, dengan kepribadian tipe B yang cool agar bisa hidup bahagia dan memiliki waktu yang lebih lama.
Refleksi Al-Qur'an tentang Faktor Stres
Mari kita tadabburi bagaimana Al-Qur'an menangani situasi seperti ini.
“Pasti Kami akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kehilangan harta atau nyawa, tetapi berikan kabar gembira kepada orang-orang yang tabah, yang mengatakan ketika ditimpa musibah: Kepada Allah kami adalah milik dan kepada-Nya kami kembali. adalah orang-orang yang kepadanya (turunnya) berkah dan rahmat dari Allah dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Al-Quran 2:155 )
Apapun yang diberikan kepada kita adalah pemberian dari Tuhan. Kita bukan pemiliknya. Semuanya milik Allah dan kembali kepada-Nya. Jadi, jika kita tidak memiliki barang-barang ini, mengapa meratapi kehilangannya atau bangga menerimanya. Kerugian kita adalah bagian dari cobaan bagi terhadap kita.
Hanya Allah yang tahu apa tujuan akhir kita. Kita nggak bisa mengutil masa depan kita. Kita memiliki kehendak bebas yang terbatas; kita bebas untuk memilih antara baik atau buruk, percaya kepada Tuhan atau tidak percaya kepada-Nya, tetapi kita tidak memiliki kendali atas masa depan yang tidak terkait dengan kemampuan kita untuk bertindak di masa sekarang. Misal apakah pernikahan ini akan putra yang ganteng, apakah organnnya lengkap, atau apakah saya akan mengalami kecelakaan besok atau tidak. Mengkhawatirkan hal-hal seperti itu tidak ada gunanya.
Penolakan iman terhadap Al-Qur'an digambarkan sebagai penyakit, penyebabnya adalah karena kesombongan dan keengganan kita untuk menerima kebenaran.
“Dalam hati mereka ada penyakit dan ditambah Allah penyakitnya dan pedihlah siksaan mereka karena mereka membohongi diri sendiri”. (Al-Qur'an 2:10 )
Jadi ketika seorang pria berbohong pada dirinya sendiri, ia menciptakan konflik batin antara hati dan pikirannya. Untuk mengatasi konflik itu, pikiran mengirimkan sinyal ke kelenjar untuk mengeluarkan hormon seperti adrenalin yang mengarah pada detak jantung yang cepat, keringat, tremor, dasar dari tes pendeteksi kebohongan. Konflik ini bisa disebabkan oleh kejahatan "kecil" seperti pencurian atau perzinahan, atau kejahatan besar seperti penolakan terhadap Tuhan.
Apa yang Harus Kita Lakukan Saat Panik Dan Putus asa?
Dalam situasi panik, orang yang tidak beriman berperilaku berbeda dari orang yang beriman. Mereka tidak memiliki siapa pun untuk berpaling, untuk meminta belas kasihan dan pengampunan, mereka tahu dan tidak percaya pada kehidupan apa pun selain kehidupan duniawi ini, yang tentu saja nggak dapat mereka kendalikan. Secara alami mereka menjadi lebih stres yang pada akhirnya membawa mereka ke perbuatan yang lebih salah. Jika mereka terbiasa minum-minum, setelah minum, mereka akan meningkatkan konsumsi alkohol dan berakhir sebagai pecandu alkohol atau kriminal.
Sebaliknya, dalam keadaan depresi, seorang mukmin disarankan untuk melakukan hal-hal berikut:
Perbanyak Dzikir (mengingat Allah)
"Dia membimbing kepada-Nya orang-orang yang berpaling kepada-Nya dalam pertobatan - Mereka yang percaya dan yang hatinya tenteram dalam mengingat Allah. Verifikasi dalam mengingat Allah, apakah hati menemukan ketenangan". (Al-Quran 13:27-28 )
Bersikaplah konstan dalam doa mereka
"Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan dengan ketabahan dan doa. Karena Allah bersama orang-orang yang tabah". (Al-Quran 2:153 )
Berdoa kepada Tuhan untuk Pengampunan
“Dan aku telah berkata: Mintalah ampunan dari Tuhanmu. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun”. (Al-Qur'an 71:10 )
Diri Kita Lebih Baik
Selain mukmin di atas juga diharapkan untuk senantiasa berjuang untuk memperbaiki diri.
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan manusia sampai mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri”. (Al-Qur'an 13:11 )
Dikutip dari https://www.islamicity.org/6575/islamic-perspective-in-stress-management/ yang mengutip buku Islamic Perspectives in Medicine karya Dr. Shahid Athar.Dr. Shahid Athar adalah Profesor Rekanan Klinis di Universitas Indiana. Dia telah menulis dan menerbitkan lebih dari 110 artikel tentang Islam, menulis "Peace Through Submission" dan mengedit "Islamic Perspective in Medicine". Dia sering menjadi pembicara di banyak institusi Muslim, masjid, universitas dan gereja di seluruh Amerika Serikat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar