[Latest News][6]

Article
Cerpen
Fiksi
Kebangsaan
Konseling
Politik
Psikologi
Psikoterapi Islam
Relationship

Psikoterapi, Asas dan Prinsip

Illustrasi

A.    PRINSIP-PRINSIP PSIKOTERAPI ISLAM


1.      Berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah

Dalam psikoterapi Islam, yang menjadi sumber utama dalam pelaksaannya adalah semua nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an dan hadits Nabi Salallahu alaihi wasallam. Pendekatan yang komprehensif, holistic, dan rasional yang dilakukan konselor kepada klien tetap berazazkan hukum-hukum ataupun ketentuan-ketentuan yang berasal dari Allah Ta’ala dan Nabi SAW.
< >


2.      Manusia Ada di Dunia Bukan Ada Dengan Sendirinya

Yaitu Allah Ta’ala yang telah menciptakan manusia. Ada hukum-hukum atau ketentuan Allah (sunnatullah) yang pasti berlaku untuk semua manusia sepanjang masa. Oleh sebab itu setiap manusia harus menerima ketentuan Allah itu dengan ikhlas.

< >

3.      Manusia Adalah Hamba Allah yang Harus Selalu Ber-ibadah Kepada-Nya

Oleh sebab itu, dalam membimbing individu perlu diingatkan, bahwa agar segala aktivitas yang dilakukan bisa mengandung makna ibadah, maka dalam malkukannya harus sesuai dengan “cara Allah” dan diniatkan untuk mencari ridha Allah

4.      Allah Menciptakan Manusia Dengan Tujuan

Tujuan agar manusia melaksanakan amanah dalan bidang keahlian masing-masing sesuai ketentuan-Nya (khalifah fil ardh). Bahwa ada perintah dan larangan Allah yang harus dipatuhi, yang pada saatnya akan dimintai tanggung jawab dan mendapat balasan dari Allah SWT.

5.      Manusia Sejak Lahir Dilengkapi Dengan Fitrah Iman

Fitrah iman amat penting bagi keselamatan hidup manusia di dunia dan akhirat. Oleh sebab itu, perlu untuk memelihara dan menyuburkan iman.

6.      Iman Perlu Dirawat agar Tumbuh Subur dan Kukuh

Dengan selalu memahami dan menaati aturan Allah. Mengarahkan agar individu mampu memahami al-Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

7.      Islam Mengakui Ada Dorongan yang Harus Dipenuhi

Dan dalam pemenuhannya diatur sesuai tuntunan Allah Ta’ala

8.      Ada Perbedaan dan Tanggung Jawab Individu

Lantaran perbedaan kemampuan dan usia

9.      Islam Mengajarkan Untuk Saling Menasehati dan Tolong-menolong

Islam mengajarkan umatnya untuk saling manasehati dan tolong menolong dalam hal kebaikan dan taqwa. Oleh karena itu, segala aktivitas membantu individu yang dilakukan mengacu pada tuntunan Allah tergolong ibadah

10.  Ada Hikmah di Balik hal-hal yang Kadang Tidak Disukai Manusia

Kewajiban manusia adalah menerima dengan ikhlas sambil melakukan koreksi diri dan mohon petunjuk ilahi.

11.  Jika Ada Pengingkaran, Lazimnya Sementara

Jika ada individu mengingkari Allah, sebenarnya pengingkaran itu bersifat sementara, dan pada saat tertentu, lazimnya dalam keadaan sempit mereka akan kembali kepada fitrah atau aqidah yang benar.

12.  Memahami dan Menaati Kandungan Al-Qura’n dan Sunnah

Adalah kunci utama bagi pemeliharaan dan pengembangan fitrah manusia.

13.  Setiap Perlakuan Negatif Merupakan Kelemahan Manusia

14.  Ada Syaitan yang Selalu Berupaya Menyesatkan Manusia

15.  Prinsip Tauhid

Dalam rangka pemberian bantuan kepada seorang klien yang bermasalah, hendaknya psikoterapis mampu membangkitkan potensi tauhid kepada klien, baik tauhid rububiyah yang berdimensi vertical, maupun tauhid ubudiyah yang berdimensi horizontal, tauhid rububiyah yaitu beriman kepada allah yang maha pengasih, maha penyayang dimana dirinya termasuk yang disayangi Allah.
Adapun tauhid ubudiyah berdimensi horizontal, komunikasi antar sesame Allah.
Kenyataan menunjukkan bahwa tidak jarang terjadi, dimana klien merasa seolah-olah doa dan permohonannya kurang didengar oleh Allah, karena ia sudah terlalu lama menderita, dan ia telah banyak berdoa, memohon kepada Allah, diapun sering sholat Tahajud, shalat Duha dan salat sunat lainnya dalam usahanya untuk memoohon pertolongan Allah yang dinanti-nantikannya tak kunjung datang bahkan ia merasa bahwa penderitaannya bertambah berat.
Ia menjadi putus asa dan kurang percaya kepada sifat  Allah yang maha penyayang dan  maha  pemurah. Akhirnya ia berpaling kepada dukun-dukun, hal-hal kufarat dan bid’ah (bidah) yang ia dapat cepat merasakan manfaatnya.
Dalam hal ini peranan psikoterapis islami semakin penting untuk membantunya kembali kejalan Allah yang lurus, karena itu, psikoterapis islami hendaknya membantu klien untuk menjaga dan mengawal imannya agar jangan sampai rusak.

16.  Prinsip Tawakkal

Tawakal artinya berserah diri kepada Allah. Tawakal merupakan salah satu cara untuk meraih ketentraman batin. Apabila pengertian tawakal ditinjau dari segi psikologi, dapat dikatakan bahwa setiap tawakal itu mengandung makna penerimaan sepenuhnya terhadap kenyataan diri dan hasil usahanya sebagaimana adanya, atau dengan perkataan mau dan mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, yang selanjutnya menunjukkan kesehatan mentalnya cukup baik.
Sebagai contoh kita ambil seorang yang merasa dirinya kurang cantik atau kurang tampan, boleh jadi karena kulitnya hitam, hidungnya pesek , badannya terlalu gemuk atau kurus dan sebagai nya, yang menyababkannya merasa diri kurang ( kurang percaya diri) dan selanjutnya ia mudah tersinggung , bahkan mungkin merasa tida dihargai orang .
Psikoterapi Islami,  hendaknya dalam pertemuan konsultasi dapat membawa orang yang bermasalah dan menderita tersebut, kepada ajaran islam dan berserah diri kepada Allah (tawakal).

17.  Prinsip Syukur

Setiap orang mempunyai keinginan dan kebutuhannya dalam kehidupannya. Ada orang yang keinginannya selalu meningkat dan setiap hari boleh jadi kebutuhannya bertambah. Dan ada orang yang keinginan dan kebutuhannya sebatas yang pokok-pokok saja.
Seperti ungkapan orang terhadap yang demikian, sebagai barikut: “ Harta itu seperti orang minum air laut, semakin diminum ia semakin haus”. Syukur adalah proses kejiwaan , dan ungkapan batin atas apa yang diperolehnya, , boleh jadi yang diperolehnya tidak dalam bentuk materi , seperti kesehatan, kecerdasan , jabatan, kedudukan , penghargaan dan sebagainya.
Oleh karena itu, hendaknya psikoterapis islami berusaha agar terbentuk rasa syukur pada jiwa klien , yang selanjutnya akan membawanya kepada ketentraman batin, kemudian akan memantul kepada akhlak terpuji dan mewarnai sikap hidupnya sehari-hari.
Psikoterapi Islam hendaknya dapat menumbuh-kembang kan rasa syukur dalam jiwa klien yang akan  memantul kepada perbuatan dan tindakannya dalam pergaulan sehari-hari. Dengan demikian klien akan merasakan nikmat allah sekecil apapun yang dikaruniakannya, disamping itu akhlak dan sopan santun nya dalam pergaulan akan meningkat pula.

18.  Prinsip Sabar

Sabar dapat menjauhkan perasaan cemas,gelisah dan frustasi. Bahkan sebaliknya membawa kepada ketentraman batin.
Untuk meraih kesabaran itu perlu latihan dan pembiasaan , serta doa kepada Allah, sebab sabar itu berat dan manusia biasanya tidak sabar bila ia diganggu, ditakuti, atau disinggung harga dirinya dan jika haknya diambil orang.

19.  PrinsipTaubat Nasuha

Merasa diri bersalah merupakan salah satu penyebab gangguan kejiwaan. untuk mengobatinya klien, harus merasa bahwa kesalahannya itu telah dimaafkan.
Psikoterapi islami hendaknya mendorong klien yang telah terlanjur berbuat salah dan membantunya untuk menyadari keburukan dan bahaya perbuatannya itu terhadap dirinya dan orang lain.

20.  Prinsip Hidayah Allah

Proses psikoterapi islami, hendaknya dapat membangkitkan semangat dan gairah klien untuk selalu memohon hidayah (petunjuk) Allah, karena kepandaian dan pengalaman yang dimiliki oleh psikoterapis, tidak dapat menjamin sepenuhnya keberhasilan dalam membantu kliennya. Ketentuan tetap ditangan Allah.
Karena itu, selama proses psikoterapi Islami berjalan, hendaknya peningkatan iman dan takwa klien perlu dilakukan, agar ia terbiasa memohon hidayah Allah dalam hidupnya, mulai dari proses psikoterapi islami, sampai sembuh dan seterusnya.
21.  Prinsip Zikrullah
Psikoterapi islam hendaknya selalu membawa klien untuk ingat kepada Allah, dalam keadaan bagaimanapun ia selalu ingat kepadanya. Bila ia mengalami kesusahan, fifat Allah yang teringat olehnya adalah Maha menolong, maha penyayang dan maha kuasa, hatinya bergetar melalui pertolongan Allah, lidahnya mengucapkan doa.[1]

B.     ASAS-ASAS PSIKOTERAPI ISLAM


1.      ASAS ORANG MUKMIN ITU BERSAUDARA

Setiap Psikoterapis Islam hendaknya menyadari bahwa orang mukmin itu bersaudara,  yang berarti ia perlu mengingat berlakunya ketentuan Allah,  yang mendukung terciptanya  rasa persaudaraan dan menjauhi perilaku yang merusak persaudaraan.
Firman Allah SWT, Surah Al-Hujaraat (49): 10,

“ Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”
dalam ayat ini terdapat tiga butir petunjuk allah swt. sadar bahwa orang mukmin itu bersaudara; damaikanlah saudara-saudaramu: dan bertakwalah kepada Allah swt.
  1. a.      Sadar Bahwa Orang Mukmin itu Bersaudara
Terkandung dalam makna bersaudara, diantaranya bahwa setiap orang bermasalah yang akan ditolong untuk perlu dihadapi dengan lapang dada dan hati terbuka.
  1. b.      Damaikanlah Antara Saudara-saudaramu
Apabila terjadi pertengkaran, perselisihan antara penderita (klien) dengan orang lain, baik dengan keluarganya maupun dengan orang lain yang berhubungan dengannya, dikantor, dalam pekerjaan, usaha dan sebagainya.
  1. c.       Bertakwa Kepada Allah SWT
Pada ujung ayat tersebut Allah mengingatkan agar bertakwa kepadanya, supaya memperoleh rahmat. bila konselor atau psikoterapi telah menyadari bahwa orang mukmin itu bersaudara, maka bila dia bermasalah supaya dibantu, dan jika sedang bermusuhan atau bertengkar dengan orang lain, ia dibantu agar mau berdamai lagi.


< >

2.      ASAS MAWAS DIRI

Asas filosofi kedua yang perlu dimiliki oleh Psikoterapis Islam adalah mawas diri. Selalu sadar bahwa yang dituntut dari dirinya adalah berusaha sebaik-baiknya dan berdoa kepada Allah SWT. Agar berdirinya keberkahan dalam tugasnya membantu orang untuk mengatasi kesulitannya. serta ingat bahwa keberhasilanya tidak terletak pada kecakapan dan kemampuannya saja, akan tetapi juga kepada ridho dan pertolongan Allah.
Firman allah  SWT., Surat Al-Baqarah (2): 214:

“ Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, Padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu Amat dekat.
dari ayat ini, dapat diambil dari beberapa bukti petunjuk bagi konselor / psikoterapis islami. diantaranya: jangan cepat merasa bahwa diri berhasil; ambillah pelajaran dari pengalaman terdahulu; cobaan Allah swt, itu keras; dan jangan putus asa atas pertolongan Allah SWT.

a.      Jangan Terlalu Cepat Menyangka Bahwa Diri Telah Berhasil

Biasanya orang-orang yang telah berpengalaman cenderung utuk menyangka bahwa usahanya berhasil. boleh jadi orang tersebut  selalu berhasil dalam uasahanya  dan tidak pernah mengalami halangan berarti, siasatnya selalu tepat  dan halangan atau ancaman tidak pernah dialami.
Demikian pula halnya dengan konselor/psikoterapis islam, harus tetap dalam keadaan mawas diri, jangan sampai merasa bangga atau selalu berhasil, agar tidak lupa bahwa cobaan Allah biasanya datang tiba-tiba dan tidak disangka-sangka. usaha harus tetap dilakukan dengan baik dan tidak lupa memohon ridha, perlindungan dan pertolongan Allah.

b.      Ambillah Pelajaran Dari Orang Terdahulu

Pengalaman yang didahului, baik keberhasilan maupun kegagalan semuanya merupakan pelajaran yang berharga untuk meningkatkan kemampuan dalam bidang propesi masing-masing.
Di samping pengalaman yang langsung didapatkan secara langsung, maupun pengalaman orang lain, yang ditulis atau diceritakan merupakan pengalaman yang berharga pula bagi perbandingan dan contoh yang dapat membantu peningkatan mawas diri.
Pengalaman orang bermasalah yang pernah dibantu juga mempunyai arti penting dalam usaha meningkatkan penampilan  untuk menilong orang lain dengan pengalaman dan latar belakang yang hampir sama atau yang berbeda. semua pengalaman tersebut, merupakan penggayaan dan pengembangan diri psikoterapis islam iti sendiri.

c.        Cobaan Berat Menjadi Penguat Diri

Kalau setiap orang mukmin tahu dan sadar, bahwa cobaan berat yang menimpa dirinya merupakan cobaan dari Allah, dan pertanda bahwa Allah sayang kepadanya, tentu orang tersebut mampu menerima cobaan Allah itu dengan sadar.
Orang yang selalu berhasil uasahanya dan orang tidak pernah menghadapi rintangan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap urusan yang diselesaikannya berjalan lancar dan mulus saja. Jika suatu ketika datang cobaan, dia akan mengalami kesulitan dalam menghadapi masalah yang mengejutkannya, bahkan merasa tidak berdaya untuk menangani masalah dirinya sendiri.

d.      Jangan Berputus Asa

Allah melarang orang mukmin putus asa, pada waktunya allah mendatangkan pertolongan-nya, seperti tersebut di ujung ayat itu: “ingatlah bahwa pertolongan Allah itu dekat.”

3.      ASAS  IMAN TEGUH, IBADAH TAAT, DAN BUKTI KEPADA ORANG TUA

Asas ketiga adalah  kepribadian mukmin yang islami, yaitu taat beribadah, iman tauhid kepada Allah teguh, bakti kepada orang tua dan keluarga, serta santun kepada anak yatim, fakir miskin dan sebagainya. Di samping itu jauh dari kesombongan dan keangkuhan.
Firman Allah, surat An-Nisaa’ (4): 36,

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh.”
suatu ayat panjang yang menguraikan secara rinci kualitas pribadi mukmin, dan cra bergaul serta berakhlak dalam menangani orang-orang bermasalah. diantaranya adalah: ibadah kepada Allah; tidak menyerikatkan Allah dengan siapapun; berbuat baik kepada: kedua orang tua (ibu-bapak), keluarga dekat (karib kerabat), anak yatim, orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jahuh, teman sejawat, ibnu sabil (orang yang sedang dalam perjalanan) dan hamba sahaya; dan rendah hati; dan Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.

4.      ASAS AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR

Asas filosofi yang keempat bagi psikoterapis adalah memiliki kemauan dan kemampuan untuk mengajak orang berbuat baik (ma’ru) dan menghindari serat mencegah orang elanggar larangan allah tentang hal-hal yang mungkar.[2]
Firman Allah, Surat Ali-Imran (3): 110,

“ Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”
            Ada dua fungsi yang penting dilakukan orang-orang mukmin tertenttu (guru, agama, juru dakwah, pemimpin umat, konselor/psikoterapis dan sebagainya ), yaitu mengajak dan menyeru manusia untuk berbuat baik (ma’ruf) dan mencegah serta menghindarkan orang dari perbuatan munkar. Khusus bagi Psikoterapis Islami, seruan ayat ini merupakan dasar filosofi kepribadiannya, agar ia mampu melaksanakan fungsi dalam pelayanan psikologi islami, sebagai seorang muslim yang beriman kepada Allah.
            Jika kita amati dan pikirkan secara nmendalam dengan memperhatikan masyarakat umum, bahwa menyeru kepada yang ma’ruf (baik), terbukti  tidak  ada tantangan  itu tidak diindahkan orang, yang berarti, karena tidak ada pemaksaaan dan tidak ada bahaya langsung bagi orang lain, bila seruan atau ajakan kepada yang baik itu tidak diindahkan orang, diberi petunjuk oleh Rasul, sedikitnya do’a.
            Adapun mencegah agar menjauhi atau menghentikan hal-hal yang mungkar, jika tidak diindahkan orang dan pelakunya tetap saja melanjutkan perbuatan mungkarnya, maka orang lain akan menjadi korbannya atau yang bersangkutan akan mengalami bahaya. Oleh karena itu tugas ahi munkar amat berat dan banyak tantangannya.
            Perbuatan yang mungkar itu banyak, mari kita amati beberapa al-munkaraat yang berbahaya, sebagai contoh: penyalahgunaan narkoba (narkotika dan bahan berbahaya lainnya); main judi; penyimpangan seksual; membunuh orang; mencuri; membuat kerusakan dimuka bumi.[3]
            Mengapa orang mukmin melanggar larangan Allah dan berani menggunakan barang-barang berbahaya dan haram tersebut, padahal mereka tahu bahwa melakukan yang terlarang itu berdosa.
            Sesungguhnya orang yang pernah melakukan perbuatan mungkar dan menggunakan hal-hal menimbulkan kenikmatan tertentu, bagi penggunanya (pelanggar larangan agama) itu, akan lebih cepat dan lebih mudah terdorong untuk mengikuti kearah yang menimbulkan kenikmatan lahir dan materi tersebut, dari pada takut akan hukuman Allah. Orang yang mampu menghindari hal yang munkar dan dapat diajak kembali kepada kebenaran, adalah mereka yang mengerti agama dan melaksanakan agama itu dalam kehidupannya sehari-hari, serta memiliki iman yang kokoh kepada Allah.

5.      ASAS IBADAH KEPADA ALLAH

            Asas filosofi yang kelima yang perlu dimiliki oleh psikoterapis Islami adalah “asas ibadah kepada Allah”, artinya setiap usaha yang dilkukan untuk membantu individu atau kelompok orang, perlu dilakukan untuk membantu individu atau kelompok orang, perlu diingat bhawa usaha dan perbuatan itu sebgai amal karena Allah, secara ikhlas. Midah-mudahan Allah memberkati usaha tersebut. Dengan demikian, hasil bantuan dan usaha kita tergantung kepada izin dan karunia Allah, tugas {sikoterpis Islami hanya mngarahkan sebaik-baiknya.[4]
Firman Allah swt., Surat Az-Dzaariyaat (51): 55-56,
   
“ Dan tetaplah memberi peringatan, karena Sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
            Dari ayat tersebut dapat kita petik dua hal penting, yaitu: jangan pilih kasih dalam membantu klien, dan apapun yang dilakukan, niat sebagai ibadah kepada Allah.

6.      ASAS SADAR AKAN KEKURANGAN DIRI

            Asas filosofi keenam dari Psikoterapis Islami adalah sadar akan kekurangan diri. Pada umumnya orang tidak tahu kekurangan yang ada pada dirinya sendiri, karena ia menyangka bahwa dirinya sudah demikian adanya. Orang sering mengatakan “inilah saya, dari kecil saya begini”. Boleh jadi menusia tidak suka mengetahui kekurangan dirinya, jika ada orang lain mengungkapkan kelemahannya, ia marah, disangka orang itu menghina dirinya. Memang secara psikologi, orang lebih suka dipuji daripada dicela, Karena ia cinta dan bangga akan dirinya.[5]
            Sesungguhnya orang yang mampu menilai dirinya secara obyektif, seolah-olah ia berada diluar dirinya, bahkan memandang dirinya dari segala segi, maka akan diketahunya kelemahan dan kekuatan yang terdapat pada dirinya. Jika ada orang lain mencela atau mengungkapkan kekurangan yang terdapat pada dirinya, seharusnya ia berterima kasih kepada orangg tersebut, karena orang itu telah mengatakan pandangan secara obyektif. Dengan itu dia akan memperbaiki dirinya, tentu saja ia mampu menerima dirinya akan memeperbaiki dirinya, tentu saja ia mampu menerima dirinya secra obyektif. Selanjutnya kualitas mentalnya akan berambah dan meningkat. Akan tetapi menusia seringkali  merasa tersinggung jika kelemahannya diungkapkan oleh orang lain.
            Psikoterapis islami harus menyadari bahwa disamping kebaikan yang diberikan Allah, manusia tetap saja masih mempunyai kekurangan, yaitu kesombongan dan ketidaksadaran akan adanya kekurangan pada diri manusia, yang akan mengurangi kualitas j=hasil yang dicapainya, sebab sombong adalah salah satu kelemahan pada manusia, yaitu ketidakmamuan akalnya dimanfaatkan secara optimal.
            Karena itu asas dasar kekurangan diri pada Psikoterapis Islami harus diajaga dan selalu dikembangkan.[6]

7.      ASAS TAKWA DAN JUJUR

            Asas filosifi ketujuh bagi psikoterapis Islam adalah takwa dan jujur. Takwa yang mengandung pengertian melaksanakan semua perintah Allah dan menghentikan semua larangannya dan selalu berkata benar (jujur). Betapapun cerdas dan pandainya manusia, dia diperintahkan Allah agar tetap bertakwa kepadanya dan jujur. Kedua hal itu (takwa dan jujur) yang mengantarkan kepada kemenangan yang besar. [7]
            Fitman Allah swt., Surat Al-Ahzab (33): 70-72,

 “ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah Perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. dan Barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat.”
            Dalam ketiga ayat tersebut dapat diambil lima bukti untuk mengembangkan pribadi Psikoterapis Islami, sebagai berikut: pentingnya takwa dan jujur; janji Allah untuk perbaikan pekerjaan; janji ampunan dari Allah; kemenangan besar bagi yang patuh kepada Allah dan Rasulnya; dan manusia itu zalim dan bodoh.[8]

8.      ASAS KESUKARELAAN

yaitu asas yang menghendaki adanya kesukaan dankerelaan klien mengikuti/menjalani pelayanan/kegiatan yang diperlukan baginya. Dalam hal ini terapis berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan tersebut.

9.      ASAS KETERBUKAAN

yaitu asas yang menghendaki agar klien yangmenjadi sasaran pelayanan/kegiatan bersifat terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yangberguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini terapis berkewajiban mengembangkan keterbukaan klien. Keterbukaan iniamat terkait pada terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanyakesukarelaan pada diri klien yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan.Agar klien dapat terbuka, terapis terlebih dahulu harus bersikapterbuka dan tidak berpura-pura.

10.      ASAS KEGIATAN

            yaitu asas yang menghendaki agar klien yang menjadi sasaran terapi berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan pelayanan/kegiatan terapi. Dalam hal ini terapis perlu mendorong klienuntuk aktif dalam setiap pelayanan/kegiatan terapi yang diperuntukan baginya.

10.  ASAS KEMANDIRIAN

            yaitu asas terapi yang menunjuk pada tujuan umum psikoterapi, yakni: klien sebagai sasaran pelayanan terapi diharapkan menjadi konseli-konseli yang mandiri dengan ciri-cirimengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri.Terapis hendaknya mampu mengarahkan segenap pelayanan terapi yang diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian klien.

11.  ASAS KEKINIAN

yaitu asas yang menghendaki agar objek sasaran pelayanan terapi ialah permasalahan klien dalam kondisinya sekarang. Pelayanan yang berkenaan dengan “masa depan atau kondisi masalampau pun” dilihat dampak dan/atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang diperbuat sekarang.

12.  ASAS KEDINAMISAN

yaitu asas yang menghendaki agar isi pelayanan terhadap sasaran pelayanan (klien) yang sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.

13.  Asas Keterpaduan
yaitu yang menghendaki agar berbagai pelayanan dan kegiatan terapi, baik yang dilakukan oleh terapis maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerja sama antara terapis dan pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan terapi perlu terus dikembangkan. Koordinasi segenap psikoterapi itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

14.  ASAS KEHARMONISAN

yaitu asas yang menghendaki agar segenap psikoterapi didasarkan pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama, hukum danperaturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku. Bukanlah pelayanan atau kegiatan psikoterapi yang dapat dipertanggungjawabkan apabila isi dan pelaksanaannya tidak berdasarkan nilai dan norma yang dimaksudkan itu. Lebih jauh, pelayanan dan kegiatan psikoterapi justru harus dapat meningkatkan kemampuan klien memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai dan norma tersebut.

15.  ASAS KEAHLIAN
yaitu asas yang menghendaki agar pelayanan dankegiatan psikoterapi diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksanaan pelayanan dan kegiatan terapi hendaklah tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang psikoterapi. Keprofesionalan psikoterapis harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis pelayanan dan kegiatan dan terapi maupundalam penegakan kode etik psikoterapi.

16.  ASAS ALIH TANGAN KASUS
yaitu asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan pelayanan terapi secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan klien mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Psikoterapis dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, terapis lain, atau ahli lain dan demikian pula psikoterapis dapat mengalihtangankan kasus kepada terapis lain.




[1] Zakiah Daradjat, Psikoterapi Islam, (Jakarta : PT Bulan Bintang), 2004, hal 129-139
[2] Psikoterpi Islami. Hal 102
[3] Hal 103
[4] Hal 110
[5] Hal 114
[6] Hal 115
[7] Hal 115
[8] Hal 116

About Author Muhammad Fathir Ma'ruf Nurasykim

Writing is one way that you can interact with the world wisely

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Start typing and press Enter to search