Psikoterapi, Asas dan Prinsip
A.
PRINSIP-PRINSIP
PSIKOTERAPI ISLAM
1.
Berlandaskan Al-Qur’an
dan Sunnah
Dalam psikoterapi Islam, yang menjadi sumber
utama dalam pelaksaannya adalah semua nilai-nilai yang terkandung dalam
Al-Qur’an dan hadits Nabi Salallahu alaihi wasallam. Pendekatan yang
komprehensif, holistic, dan rasional yang dilakukan konselor kepada klien tetap
berazazkan hukum-hukum ataupun ketentuan-ketentuan yang berasal dari Allah
Ta’ala dan Nabi SAW.
<
>
2.
Manusia Ada di Dunia
Bukan Ada Dengan Sendirinya
Yaitu Allah Ta’ala yang telah menciptakan
manusia. Ada hukum-hukum atau ketentuan Allah (sunnatullah) yang pasti berlaku untuk semua manusia sepanjang masa.
Oleh sebab itu setiap manusia harus menerima ketentuan Allah itu dengan ikhlas.
<
>
3.
Manusia Adalah Hamba
Allah yang Harus Selalu Ber-ibadah Kepada-Nya
Oleh sebab itu, dalam membimbing individu perlu diingatkan, bahwa
agar segala aktivitas yang dilakukan bisa mengandung makna ibadah, maka dalam
malkukannya harus sesuai dengan “cara Allah” dan diniatkan untuk mencari ridha Allah
4.
Allah Menciptakan
Manusia Dengan Tujuan
Tujuan agar manusia melaksanakan amanah dalan bidang keahlian
masing-masing sesuai ketentuan-Nya (khalifah
fil ardh). Bahwa ada perintah dan
larangan Allah yang harus dipatuhi,
yang pada saatnya akan dimintai tanggung jawab dan mendapat balasan dari Allah
SWT.
5.
Manusia Sejak Lahir
Dilengkapi Dengan Fitrah Iman
Fitrah iman amat penting bagi keselamatan hidup
manusia di dunia dan akhirat. Oleh sebab itu, perlu untuk memelihara dan menyuburkan
iman.
6.
Iman Perlu Dirawat agar
Tumbuh Subur dan Kukuh
Dengan
selalu memahami dan menaati aturan Allah. Mengarahkan agar
individu mampu memahami al-Qur’an dan
mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
7.
Islam Mengakui Ada
Dorongan yang Harus Dipenuhi
Dan
dalam pemenuhannya diatur sesuai tuntunan Allah Ta’ala
8.
Ada Perbedaan dan
Tanggung Jawab Individu
Lantaran
perbedaan kemampuan dan usia.
9.
Islam Mengajarkan Untuk
Saling Menasehati dan Tolong-menolong
Islam mengajarkan umatnya untuk saling manasehati dan tolong
menolong dalam hal kebaikan dan taqwa. Oleh karena itu, segala aktivitas
membantu individu yang dilakukan mengacu pada tuntunan Allah tergolong ibadah.
10.
Ada Hikmah di Balik
hal-hal yang Kadang Tidak Disukai Manusia
Kewajiban manusia adalah menerima dengan ikhlas sambil melakukan
koreksi diri dan mohon petunjuk ilahi.
11.
Jika Ada Pengingkaran,
Lazimnya Sementara
Jika ada individu mengingkari Allah, sebenarnya pengingkaran itu
bersifat sementara, dan pada saat tertentu, lazimnya dalam keadaan sempit
mereka akan kembali kepada fitrah atau aqidah yang benar.
12.
Memahami dan Menaati
Kandungan Al-Qura’n dan Sunnah
Adalah kunci utama bagi
pemeliharaan dan pengembangan fitrah manusia.
13.
Setiap Perlakuan Negatif
Merupakan Kelemahan Manusia
14. Ada Syaitan yang Selalu Berupaya Menyesatkan Manusia
15. Prinsip Tauhid
Dalam rangka pemberian bantuan kepada seorang klien yang
bermasalah, hendaknya psikoterapis mampu membangkitkan potensi tauhid kepada
klien, baik tauhid rububiyah yang berdimensi vertical, maupun tauhid ubudiyah
yang berdimensi horizontal, tauhid rububiyah yaitu beriman kepada allah yang
maha pengasih, maha penyayang dimana dirinya termasuk yang disayangi Allah.
Adapun tauhid ubudiyah berdimensi horizontal, komunikasi antar
sesame Allah.
Kenyataan menunjukkan bahwa tidak jarang terjadi, dimana klien
merasa seolah-olah doa dan permohonannya kurang didengar oleh Allah, karena ia
sudah terlalu lama menderita, dan ia telah banyak berdoa, memohon kepada Allah,
diapun sering sholat Tahajud, shalat Duha dan salat sunat lainnya dalam
usahanya untuk memoohon pertolongan Allah yang dinanti-nantikannya tak kunjung
datang bahkan ia merasa bahwa penderitaannya bertambah berat.
Ia menjadi putus asa dan kurang percaya kepada sifat Allah yang maha penyayang dan maha
pemurah. Akhirnya ia berpaling kepada dukun-dukun, hal-hal kufarat dan
bid’ah (bidah) yang ia dapat cepat merasakan manfaatnya.
Dalam hal ini peranan psikoterapis islami semakin penting untuk
membantunya kembali kejalan Allah yang lurus, karena itu, psikoterapis islami
hendaknya membantu klien untuk menjaga dan mengawal imannya agar jangan sampai
rusak.
16. Prinsip Tawakkal
Tawakal artinya berserah diri kepada Allah. Tawakal merupakan salah
satu cara untuk meraih ketentraman batin. Apabila pengertian tawakal ditinjau
dari segi psikologi, dapat dikatakan bahwa setiap tawakal itu mengandung makna
penerimaan sepenuhnya terhadap kenyataan diri dan hasil usahanya sebagaimana
adanya, atau dengan perkataan mau dan mampu menyesuaikan diri dengan diri
sendiri, yang selanjutnya menunjukkan kesehatan mentalnya cukup baik.
Sebagai contoh kita ambil seorang yang merasa dirinya kurang cantik
atau kurang tampan, boleh jadi karena kulitnya hitam, hidungnya pesek ,
badannya terlalu gemuk atau kurus dan sebagai nya, yang menyababkannya merasa
diri kurang ( kurang percaya diri) dan selanjutnya ia mudah tersinggung ,
bahkan mungkin merasa tida dihargai orang .
Psikoterapi Islami,
hendaknya dalam pertemuan konsultasi dapat membawa orang yang bermasalah
dan menderita tersebut, kepada ajaran islam dan berserah diri kepada Allah
(tawakal).
17. Prinsip Syukur
Setiap orang mempunyai keinginan dan kebutuhannya dalam
kehidupannya. Ada orang yang keinginannya selalu meningkat dan setiap hari
boleh jadi kebutuhannya bertambah. Dan ada orang yang keinginan dan
kebutuhannya sebatas yang pokok-pokok saja.
Seperti ungkapan orang terhadap yang demikian, sebagai barikut: “
Harta itu seperti orang minum air laut, semakin diminum ia semakin haus”.
Syukur adalah proses kejiwaan , dan ungkapan batin atas apa yang diperolehnya,
, boleh jadi yang diperolehnya tidak dalam bentuk materi , seperti kesehatan,
kecerdasan , jabatan, kedudukan , penghargaan dan sebagainya.
Oleh karena itu, hendaknya psikoterapis islami berusaha agar
terbentuk rasa syukur pada jiwa klien , yang selanjutnya akan membawanya kepada
ketentraman batin, kemudian akan memantul kepada akhlak terpuji dan mewarnai
sikap hidupnya sehari-hari.
Psikoterapi Islam hendaknya dapat menumbuh-kembang kan rasa syukur
dalam jiwa klien yang akan memantul
kepada perbuatan dan tindakannya dalam pergaulan sehari-hari. Dengan demikian
klien akan merasakan nikmat allah sekecil apapun yang dikaruniakannya,
disamping itu akhlak dan sopan santun nya dalam pergaulan akan meningkat pula.
18. Prinsip Sabar
Sabar dapat menjauhkan perasaan cemas,gelisah dan frustasi. Bahkan
sebaliknya membawa kepada ketentraman batin.
Untuk meraih kesabaran itu perlu latihan dan pembiasaan , serta doa
kepada Allah, sebab sabar itu berat dan manusia biasanya tidak sabar bila ia
diganggu, ditakuti, atau disinggung harga dirinya dan jika haknya diambil
orang.
19. PrinsipTaubat Nasuha
Merasa diri bersalah merupakan salah satu penyebab gangguan
kejiwaan. untuk mengobatinya klien, harus merasa bahwa kesalahannya itu telah
dimaafkan.
Psikoterapi islami hendaknya mendorong klien yang telah terlanjur
berbuat salah dan membantunya untuk menyadari keburukan dan bahaya perbuatannya
itu terhadap dirinya dan orang lain.
20. Prinsip Hidayah
Allah
Proses psikoterapi islami, hendaknya dapat membangkitkan semangat
dan gairah klien untuk selalu memohon hidayah (petunjuk) Allah, karena
kepandaian dan pengalaman yang dimiliki oleh psikoterapis, tidak dapat menjamin
sepenuhnya keberhasilan dalam membantu kliennya. Ketentuan tetap ditangan
Allah.
Karena itu, selama proses psikoterapi Islami berjalan, hendaknya
peningkatan iman dan takwa klien perlu dilakukan, agar ia terbiasa memohon
hidayah Allah dalam hidupnya, mulai dari proses psikoterapi islami, sampai
sembuh dan seterusnya.
21. Prinsip Zikrullah
Psikoterapi islam hendaknya selalu membawa klien untuk ingat kepada
Allah, dalam keadaan bagaimanapun ia selalu ingat kepadanya. Bila ia mengalami
kesusahan, fifat Allah yang teringat olehnya adalah Maha menolong, maha
penyayang dan maha kuasa, hatinya bergetar melalui pertolongan Allah, lidahnya
mengucapkan doa.[1]
B.
ASAS-ASAS PSIKOTERAPI
ISLAM
1.
ASAS ORANG MUKMIN ITU BERSAUDARA
Setiap Psikoterapis Islam hendaknya menyadari bahwa orang mukmin
itu bersaudara, yang berarti ia perlu mengingat
berlakunya ketentuan Allah, yang
mendukung terciptanya rasa persaudaraan
dan menjauhi perilaku yang merusak persaudaraan.
Firman Allah SWT, Surah Al-Hujaraat (49): 10,
“ Orang-orang beriman itu Sesungguhnya
bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu
itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”
dalam ayat ini terdapat tiga butir petunjuk allah swt. sadar
bahwa orang mukmin itu bersaudara; damaikanlah saudara-saudaramu: dan
bertakwalah kepada Allah swt.
- a. Sadar Bahwa Orang Mukmin itu Bersaudara
Terkandung dalam makna bersaudara, diantaranya bahwa setiap orang
bermasalah yang akan ditolong untuk perlu dihadapi dengan lapang dada dan hati
terbuka.
- b.
Damaikanlah Antara Saudara-saudaramu
Apabila terjadi pertengkaran, perselisihan antara penderita (klien)
dengan orang lain, baik dengan keluarganya maupun dengan orang lain yang
berhubungan dengannya, dikantor, dalam pekerjaan, usaha dan sebagainya.
- c.
Bertakwa Kepada Allah SWT
Pada ujung ayat tersebut Allah mengingatkan agar bertakwa
kepadanya, supaya memperoleh rahmat. bila konselor atau psikoterapi telah
menyadari bahwa orang mukmin itu bersaudara, maka bila dia bermasalah supaya
dibantu, dan jika sedang bermusuhan atau bertengkar dengan orang lain, ia
dibantu agar mau berdamai lagi.
<
>
2. ASAS MAWAS DIRI
Asas filosofi kedua yang perlu dimiliki oleh Psikoterapis Islam
adalah mawas diri. Selalu sadar bahwa yang dituntut dari dirinya adalah
berusaha sebaik-baiknya dan berdoa kepada Allah SWT. Agar berdirinya keberkahan
dalam tugasnya membantu orang untuk mengatasi kesulitannya. serta ingat bahwa keberhasilanya
tidak terletak pada kecakapan dan kemampuannya saja, akan tetapi juga kepada
ridho dan pertolongan Allah.
Firman allah SWT., Surat
Al-Baqarah (2): 214:
“ Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk
syurga, Padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang
terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta
digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan
orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan
Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu Amat dekat.
dari ayat ini, dapat diambil dari beberapa bukti petunjuk bagi
konselor / psikoterapis islami. diantaranya: jangan cepat merasa bahwa diri
berhasil; ambillah pelajaran dari pengalaman terdahulu; cobaan Allah swt, itu
keras; dan jangan putus asa atas pertolongan Allah SWT.
a. Jangan Terlalu Cepat Menyangka Bahwa Diri Telah Berhasil
Biasanya
orang-orang yang telah berpengalaman cenderung utuk menyangka bahwa usahanya
berhasil. boleh jadi orang tersebut
selalu berhasil dalam uasahanya
dan tidak pernah mengalami halangan berarti, siasatnya selalu tepat dan halangan atau ancaman tidak pernah
dialami.
Demikian pula halnya dengan konselor/psikoterapis islam, harus
tetap dalam keadaan mawas diri, jangan sampai merasa bangga atau selalu
berhasil, agar tidak lupa bahwa cobaan Allah biasanya datang tiba-tiba dan
tidak disangka-sangka. usaha harus tetap dilakukan dengan baik dan tidak lupa
memohon ridha, perlindungan dan pertolongan Allah.
b. Ambillah Pelajaran Dari Orang Terdahulu
Pengalaman
yang didahului, baik keberhasilan maupun kegagalan semuanya merupakan pelajaran
yang berharga untuk meningkatkan kemampuan dalam bidang propesi masing-masing.
Di samping
pengalaman yang langsung didapatkan secara langsung, maupun pengalaman orang
lain, yang ditulis atau diceritakan merupakan pengalaman yang berharga pula
bagi perbandingan dan contoh yang dapat membantu peningkatan mawas diri.
Pengalaman orang bermasalah yang pernah dibantu juga mempunyai arti
penting dalam usaha meningkatkan penampilan
untuk menilong orang lain dengan pengalaman dan latar belakang yang
hampir sama atau yang berbeda. semua pengalaman tersebut, merupakan penggayaan
dan pengembangan diri psikoterapis islam iti sendiri.
c. Cobaan Berat Menjadi Penguat Diri
Kalau
setiap orang mukmin tahu dan sadar, bahwa cobaan berat yang menimpa dirinya
merupakan cobaan dari Allah, dan pertanda bahwa Allah sayang kepadanya, tentu
orang tersebut mampu menerima cobaan Allah itu dengan sadar.
Orang yang selalu berhasil uasahanya dan orang tidak pernah menghadapi
rintangan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap urusan yang diselesaikannya
berjalan lancar dan mulus saja. Jika suatu ketika datang cobaan, dia akan
mengalami kesulitan dalam menghadapi masalah yang mengejutkannya, bahkan merasa
tidak berdaya untuk menangani masalah dirinya sendiri.
d. Jangan Berputus Asa
Allah melarang orang mukmin putus asa, pada waktunya allah
mendatangkan pertolongan-nya, seperti tersebut di ujung ayat itu: “ingatlah
bahwa pertolongan Allah itu dekat.”
3. ASAS IMAN TEGUH, IBADAH TAAT, DAN BUKTI KEPADA ORANG TUA
Asas ketiga adalah
kepribadian mukmin yang islami, yaitu taat beribadah, iman tauhid kepada
Allah teguh, bakti kepada orang tua dan keluarga, serta santun kepada anak
yatim, fakir miskin dan sebagainya. Di samping itu jauh dari kesombongan dan
keangkuhan.
Firman Allah, surat An-Nisaa’ (4): 36,
“ Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh.”
suatu ayat panjang yang menguraikan secara rinci kualitas pribadi
mukmin, dan cra bergaul serta berakhlak dalam menangani orang-orang bermasalah.
diantaranya adalah: ibadah kepada Allah; tidak menyerikatkan Allah dengan
siapapun; berbuat baik kepada: kedua orang tua (ibu-bapak), keluarga dekat
(karib kerabat), anak yatim, orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jahuh,
teman sejawat, ibnu sabil (orang yang sedang dalam perjalanan) dan hamba
sahaya; dan rendah hati; dan Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri.
4. ASAS AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR
Asas filosofi yang keempat bagi psikoterapis adalah memiliki
kemauan dan kemampuan untuk mengajak orang berbuat baik (ma’ru) dan menghindari
serat mencegah orang elanggar larangan allah tentang hal-hal yang mungkar.[2]
Firman Allah, Surat Ali-Imran (3): 110,
“ Kamu adalah
umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”
Ada dua fungsi
yang penting dilakukan orang-orang mukmin tertenttu (guru, agama, juru dakwah,
pemimpin umat, konselor/psikoterapis dan sebagainya ), yaitu mengajak dan
menyeru manusia untuk berbuat baik (ma’ruf) dan mencegah serta menghindarkan
orang dari perbuatan munkar. Khusus bagi Psikoterapis Islami, seruan ayat ini
merupakan dasar filosofi kepribadiannya, agar ia mampu melaksanakan fungsi
dalam pelayanan psikologi islami, sebagai seorang muslim yang beriman kepada
Allah.
Jika kita amati
dan pikirkan secara nmendalam dengan memperhatikan masyarakat umum, bahwa menyeru
kepada yang ma’ruf (baik), terbukti
tidak ada tantangan itu tidak diindahkan orang, yang berarti,
karena tidak ada pemaksaaan dan tidak ada bahaya langsung bagi orang lain, bila
seruan atau ajakan kepada yang baik itu tidak diindahkan orang, diberi petunjuk
oleh Rasul, sedikitnya do’a.
Adapun mencegah
agar menjauhi atau menghentikan hal-hal yang mungkar, jika tidak diindahkan
orang dan pelakunya tetap saja melanjutkan perbuatan mungkarnya, maka orang
lain akan menjadi korbannya atau yang bersangkutan akan mengalami bahaya. Oleh
karena itu tugas ahi munkar amat berat dan banyak tantangannya.
Perbuatan yang
mungkar itu banyak, mari kita amati beberapa al-munkaraat yang berbahaya,
sebagai contoh: penyalahgunaan narkoba (narkotika dan bahan berbahaya lainnya);
main judi; penyimpangan seksual; membunuh orang; mencuri; membuat kerusakan
dimuka bumi.[3]
Mengapa orang
mukmin melanggar larangan Allah dan berani menggunakan barang-barang berbahaya
dan haram tersebut, padahal mereka tahu bahwa melakukan yang terlarang itu
berdosa.
Sesungguhnya orang
yang pernah melakukan perbuatan mungkar dan menggunakan hal-hal menimbulkan
kenikmatan tertentu, bagi penggunanya (pelanggar larangan agama) itu, akan
lebih cepat dan lebih mudah terdorong untuk mengikuti kearah yang menimbulkan
kenikmatan lahir dan materi tersebut, dari pada takut akan hukuman Allah. Orang
yang mampu menghindari hal yang munkar dan dapat diajak kembali kepada kebenaran,
adalah mereka yang mengerti agama dan melaksanakan agama itu dalam kehidupannya
sehari-hari, serta memiliki iman yang kokoh kepada Allah.
5. ASAS IBADAH KEPADA ALLAH
Asas filosofi yang
kelima yang perlu dimiliki oleh psikoterapis Islami adalah “asas ibadah kepada
Allah”, artinya setiap usaha yang dilkukan untuk membantu individu atau
kelompok orang, perlu dilakukan untuk membantu individu atau kelompok orang,
perlu diingat bhawa usaha dan perbuatan itu sebgai amal karena Allah, secara
ikhlas. Midah-mudahan Allah memberkati usaha tersebut. Dengan demikian, hasil
bantuan dan usaha kita tergantung kepada izin dan karunia Allah, tugas
{sikoterpis Islami hanya mngarahkan sebaik-baiknya.[4]
Firman Allah swt., Surat Az-Dzaariyaat (51): 55-56,
“ Dan tetaplah
memberi peringatan, karena Sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi
orang-orang yang beriman.dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
Dari ayat tersebut
dapat kita petik dua hal penting, yaitu: jangan pilih kasih dalam membantu
klien, dan apapun yang dilakukan, niat sebagai ibadah kepada Allah.
6. ASAS SADAR AKAN KEKURANGAN DIRI
Asas filosofi keenam dari
Psikoterapis Islami adalah sadar akan kekurangan diri. Pada umumnya orang tidak
tahu kekurangan yang ada pada dirinya sendiri, karena ia menyangka bahwa
dirinya sudah demikian adanya. Orang sering mengatakan “inilah saya, dari kecil
saya begini”. Boleh jadi menusia tidak suka mengetahui kekurangan dirinya, jika
ada orang lain mengungkapkan kelemahannya, ia marah, disangka orang itu
menghina dirinya. Memang secara psikologi, orang lebih suka dipuji daripada
dicela, Karena ia cinta dan bangga akan dirinya.[5]
Sesungguhnya orang yang mampu
menilai dirinya secara obyektif, seolah-olah ia berada diluar dirinya, bahkan
memandang dirinya dari segala segi, maka akan diketahunya kelemahan dan
kekuatan yang terdapat pada dirinya. Jika ada orang lain mencela atau
mengungkapkan kekurangan yang terdapat pada dirinya, seharusnya ia berterima
kasih kepada orangg tersebut, karena orang itu telah mengatakan pandangan
secara obyektif. Dengan itu dia akan memperbaiki dirinya, tentu saja ia mampu
menerima dirinya akan memeperbaiki dirinya, tentu saja ia mampu menerima
dirinya secra obyektif. Selanjutnya kualitas mentalnya akan berambah dan
meningkat. Akan tetapi menusia seringkali
merasa tersinggung jika kelemahannya diungkapkan oleh orang lain.
Psikoterapis islami harus menyadari
bahwa disamping kebaikan yang diberikan Allah, manusia tetap saja masih
mempunyai kekurangan, yaitu kesombongan dan ketidaksadaran akan adanya
kekurangan pada diri manusia, yang akan mengurangi kualitas j=hasil yang
dicapainya, sebab sombong adalah salah satu kelemahan pada manusia, yaitu
ketidakmamuan akalnya dimanfaatkan secara optimal.
Karena itu asas
dasar kekurangan diri pada Psikoterapis Islami harus diajaga dan selalu
dikembangkan.[6]
7. ASAS TAKWA DAN JUJUR
Asas filosifi
ketujuh bagi psikoterapis Islam adalah takwa dan jujur. Takwa yang mengandung pengertian
melaksanakan semua perintah Allah dan menghentikan semua larangannya dan selalu
berkata benar (jujur). Betapapun cerdas dan pandainya manusia, dia
diperintahkan Allah agar tetap bertakwa kepadanya dan jujur. Kedua hal itu
(takwa dan jujur) yang mengantarkan kepada kemenangan yang besar. [7]
Fitman Allah swt.,
Surat Al-Ahzab (33): 70-72,
“ Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah
Perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan
mengampuni bagimu dosa-dosamu. dan Barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya,
Maka Sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.Sesungguhnya Kami
telah mengemukakan amanat.”
Dalam ketiga ayat
tersebut dapat diambil lima bukti untuk mengembangkan pribadi Psikoterapis
Islami, sebagai berikut: pentingnya takwa dan jujur; janji Allah untuk
perbaikan pekerjaan; janji ampunan dari Allah; kemenangan besar bagi yang patuh
kepada Allah dan Rasulnya; dan manusia itu zalim dan bodoh.[8]
8. ASAS KESUKARELAAN
yaitu asas yang menghendaki adanya kesukaan dankerelaan klien
mengikuti/menjalani pelayanan/kegiatan yang diperlukan baginya. Dalam hal ini
terapis berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan tersebut.
9. ASAS KETERBUKAAN
yaitu asas yang menghendaki agar klien yangmenjadi sasaran
pelayanan/kegiatan bersifat terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam
memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai
informasi dan materi dari luar yangberguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal
ini terapis berkewajiban mengembangkan keterbukaan klien. Keterbukaan iniamat
terkait pada terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanyakesukarelaan pada diri
klien yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan.Agar klien dapat terbuka, terapis
terlebih dahulu harus bersikapterbuka dan tidak berpura-pura.
10. ASAS KEGIATAN
yaitu asas yang menghendaki agar klien yang menjadi sasaran terapi
berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan pelayanan/kegiatan terapi.
Dalam hal ini terapis perlu mendorong klienuntuk aktif dalam setiap
pelayanan/kegiatan terapi yang diperuntukan baginya.
10. ASAS KEMANDIRIAN
yaitu asas terapi yang menunjuk pada tujuan umum psikoterapi,
yakni: klien sebagai sasaran pelayanan terapi diharapkan menjadi konseli-konseli
yang mandiri dengan ciri-cirimengenal dan menerima diri sendiri dan
lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri
sendiri.Terapis hendaknya mampu mengarahkan segenap pelayanan terapi yang
diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian klien.
11. ASAS KEKINIAN
yaitu asas yang menghendaki agar objek sasaran pelayanan terapi
ialah permasalahan klien dalam kondisinya sekarang. Pelayanan yang
berkenaan dengan “masa depan atau kondisi masalampau pun” dilihat dampak dan/atau
kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang diperbuat sekarang.
12. ASAS KEDINAMISAN
yaitu asas yang menghendaki agar isi pelayanan terhadap sasaran
pelayanan (klien) yang sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton,
dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap
perkembangannya dari waktu ke waktu.
13. Asas Keterpaduan
yaitu yang menghendaki agar berbagai pelayanan dan kegiatan
terapi, baik yang dilakukan oleh terapis maupun pihak lain, saling menunjang,
harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerja sama antara terapis dan pihak-pihak yang
berperan dalam penyelenggaraan pelayanan terapi perlu terus dikembangkan.
Koordinasi segenap psikoterapi itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
14. ASAS KEHARMONISAN
yaitu
asas yang menghendaki agar segenap psikoterapi didasarkan pada dan tidak boleh
bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai
dan norma agama, hukum danperaturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan
kebiasaan yang berlaku. Bukanlah pelayanan atau kegiatan psikoterapi yang dapat
dipertanggungjawabkan apabila isi dan pelaksanaannya tidak berdasarkan nilai
dan norma yang dimaksudkan itu. Lebih jauh, pelayanan dan kegiatan psikoterapi
justru harus dapat meningkatkan kemampuan klien memahami, menghayati, dan
mengamalkan nilai dan norma tersebut.
15. ASAS KEAHLIAN
yaitu asas yang menghendaki agar pelayanan dankegiatan psikoterapi
diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para
pelaksanaan pelayanan dan kegiatan terapi hendaklah tenaga yang benar-benar
ahli dalam bidang psikoterapi. Keprofesionalan psikoterapis harus terwujud baik
dalam penyelenggaraan jenis-jenis pelayanan dan kegiatan dan terapi maupundalam
penegakan kode etik psikoterapi.
16. ASAS ALIH TANGAN KASUS
yaitu asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu
menyelenggarakan pelayanan terapi secara tepat dan tuntas atas suatu
permasalahan klien mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih
ahli. Psikoterapis dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, terapis
lain, atau ahli lain dan demikian pula psikoterapis
dapat mengalihtangankan kasus kepada terapis
lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar