[Latest News][6]

Article
Cerpen
Fiksi
Kebangsaan
Konseling
Politik
Psikologi
Psikoterapi Islam
Relationship

Layanan Konseling: Self Disclosure

Pendahuluan

Dalam kehidupan kita sehari-hari komunikasi merupakan salah satu kegiatan yang setiap hari kita lakukan baik secara sengaja maupun tidak sengaja, baik dilakukan secara verbal maupun non-verbal. Dalam berkomunikasi tentu ada harapan yang ingin dicapai, maka dalam hal ini keterbukaan perlu dalam berkomunikasi untuk mewujudkan saling kepercayaan, tentunya kejujuran diutamakan.

Dalam suatu hubungan antar pribadi dimulai bila dua orang yang berhubungan mulai saling membuka tentang dirinya.  Bila kedua pribadi sudah saling membuka diri, maka kedua pribadi tersebut akan saling memahami, atau tercipta suatu kondisi  ”saya memahami anda, dan anda memahami saya ”.  Dalam pergaulan sehari-hari, khususnya interaksi  yang terjadi  di kampus maupun di masyarakat sering dihadapkan pada situasi yang mengharuskan kita untuk berkenalan dan membuka diri dengan orang lain.

Penyadaran akan diri sendiri juga sangat penting, karena dalam bermasyarakat komunikasi merupakan alat sebagai bergaul dalam lingkungan masyarakat, dengan membuka diri, lawan bicara kita akan lebih merasa dekat dan terbuka. Maka bagaimana mungkin kita dapat memberi tahukan informasi tentang kita kalau diri sendiri saja tidak tahu.

Mengenai keterbukaan diri dalam berkomunikasi tentu tidak harus di beritahukan kepada semua orang secara keseluruhan tentang diri kita secara terperinci, bisa saja ada hal-hal yang sifatnya sangat pribadi yang tidak harus di beritahukan kepada semua orang yang ada disekeliling kita.

Maka dalam membuka diri juga perlu keterampilan dalam hal ini, karena dalam membuka diri bukan sekedar memberikan semua informasi tentang diri kita seperti apa dan bagaimana. Artinya ada hal yang memang harus dihindari, tidak semua informasi diri kita kita beberkan ke semua orang, terlebih lagi hal yang sangat pribadi sekali.

Dengan demikian hal yang berkenaan dengan membuka diri dalam berkomunikasi sangat penting, maka dlam makalah ini akan dibahas mengenai "Membuka Diri" dalam berkomunikasi.

 

A.    Pengertian Membuka Diri

Membuka diri merupakan suatu tindakan menyatakan bagaimana seseorang menanggapi situasi saat ini dan memberikan sejumlah pengalaman-pengalaman  berdasarkan pemahaman dirinya saat itu. Membuka  diri merupakan kemampuan seseorang untuk melihat kekuatan dan kelemahan yang ada pada diri, sehingga dapat melakukan respon yang tepat terhadap tuntutan yang muncul dari dalam maupun dari luar. Keterbukaan diri di sini tidak sekedar bermaksud mengungkapkan kehidupan masa lalu seseorang semata, tetapi lebih dari itu, untuk meningkatkan kualitas hubungan seseorang.[1]

Sifat keterbukaan menunjukkan paling tidak ada dua aspek tentang komunikasi antar pribadi. Aspek pertama dan mungkin yang paling jelas, yaitu bahwa kita harus terbuka pada orang-orang yang berinteraksi dengan kita. Hal ini tidak berarti bahwa kita harus menceritakan semua latar belakang kehidupan kita. Namun yang penting ada kemauan untuk membuka diri pada masalah-masalah umum. Dari sini orang lain akan mengetahui pendapat, pikiran, dan gagasan kita. Sehingga komunikasi akan mudah dilakukan.[2]

Aspek kedua dari keterbukaan menunjukkan pada kemauan kita untuk memberikan tanggapan terhadap orang lain dengan jujur dan terus terang tentang segala sesuatu yang dikatakannya. Demikian pula sebaliknya, kita ingin orang lain member tanggapan secara jujur dan terbuka tentang segala sesuatu yang kita katakan. Disini keterbukaan diperlihatkan dengan cara member tanggapan secara sepontan dan tanpa dalih terhadap komunikasi dan umpan balik orang lain. Tentunya, hal ini tidak dapat dengan mudah dilakukan dan dapat menumbulkan kesalah pahaman ornag lain, seperti marah atau tersinggung.[3]

Di dalam membuka diri diperlukan  kejujuran masing-masing individu yang berinteraksi. Membuat suatu pengakuan pribadi secara jujur dan tulus tentang masa lalunya dapat membentuk keintiman perasaan dalam suatu hubungan. Suatu hubungan yang baik dan  telah  tercipta keintiman pada seseorang,  akan menciptakan keterbukaan seseorang pada peristiwa-peristiwa yang pernah dialaminya atau segala apa yang orang  lain pernah katakan atau lakukan di masa lalunya.

Bila kita secara sengaja dan jujur, tulus memberikan informasi yang benar tentang diri kita kepada orang lain, berarti kita telah membuka diri dengan orang lain. Misalnya, ketika  anda duduk di ruang tunggu  pemberangkatan bus di terminal,  sebelah anda ada seseorang,  dan kemudian anda mengajak mengobrol. Di dalam proses percakapan,  anda memberitahukan  informasi nama, alamat tinggal, pekerjaan, arah tujuan mau pergi kemana, dan hal-hal lain mengenai diri anda,  berarti secara tidak langsung anda sudah membuka diri.

Apabila di dalam suatu proses interaksi antar induvidu, kedua belah pihak induvidu memberikan informasi secara  jujur, tulus dan saling terbuka, maka akan menghasilkan suatu proses  hubungan  yang efektif. Tetapi sebaliknya jika informasi-informasi yang disampaikan salah satu atau bahkan keduanya adalah informasi yang tidak benar,  atau tidak jujur berarti komunikasi tersebut tidak efektif dan tidak akan bertahan lama.[4]

Masih berkaitan dengan keterbukaan  diri dalam berkomunikasi, hal yang demikian ini sangat efektif sekali dalam melakukan proses konseling, lagi-lagi pemakalah menegaskan lagi bahwa membuka diri disini sangat mementingkan kejujuran dan ketulusan, jika hal ini terjadi dalam proses konseling maka proses konseling itu tidak akan sulit, karena klien dapat membuka diri, dan memberikan informasi yang berkenaan dengan masalahnya.



< >

B.     Arti Penting Membuka Diri

Pembukaan diri atau self-disclosure adalah mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau berguna untuk memahami tanggapan kita di masa kini.

Membuka diri tidak sama dengan mengungkapkan detail-detail intim dari masa lalu kita. Mengungkapkan hal-hal yang sangat pribadi di masa lalu kita dapat menimbulkan perasaan intim untuk sesaat. Menurut Jhonson (1981), pembukaan diri memiliki dua sisi, yaitu: bersikap terbuka kepada yang lain dan bersikap terbuka bagi yang lain. Kedua proses yang dapat berlangsung secara serentak itu apabila terjadi pada kedua belah pihak akan membuahkan relasi yang terbuka antara kita dan orang lain.

Menurut Jhonson (1981), bebarapa manfaat dan dampak pembuakaan diri terhadap hubungan antar pribadi adalah sebagai berikut:

1.      Pembukaan diri merupakan dasar bagi hubungan yang sehat antara dua orang.

2.      Semakin kita bersikap terbuka kepada orang lain, semakin orang lain tersebut akan menyukai diri kita. Akibatnya, ia akan semakin membuka diri kepada kita.

3.      Membuka diri kepada orang lain merupakan dasar relasi yang memungkinkan komunikasi intim baik dengan diri kita sendiri maupun dengan orang lain.

4.      Membuka diri berarti bersikap realistik. Maka, pembukaan diri kita haruslah jujur, tulus dan autentik.

Dalam suatu kajian terbaru mengenai keterbukaan, Van Lear (1991) menemukan bahwa dalam sebuah hubungan-hubungan yang berjalan lancar, orang-orang terus menyesuaikan siklus keterbukaan mereka. Bukti pasangan surut periodic “ antara keterbukaan dan ketertutupan” ini berlaku bagi masa perkenalan, hubungan yang lengkap dan hubungan yang romantic. kajianVan Lear menunjukkan bahwa orang-orang yang baru berkenalan “ menyasuaikan rentang siklus keterbukaannya dengan siklus keterbukaan pasangannya, “ mengsinkronkan perwaktuan (timing) siklus-siklus tersebut. Dalam persahabatan dan hubungan romantic, seseorang mempersepsi siklus keterbukaannya sendiri dan siklus keterbukaan pasangannya.[5]

Pengetahuan tentang diri akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi lebih dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan-gagasan baru, lebih cenderung menghindari sikap defensive, dan lebih cermat memandang diri kita dan orang lain.[6]

Dalam komunikasi, orang cendrung untuk berfikir untung ruginya artinya seberapa jauh dia  memperoleh keuntungan dari hasil komunikasi tersebut atau dengan kata lain, komunikasi akan terus berlanjut, apabila perbandingan antar harapan yang diperoleh harus lebih besar dari usaha yang dilakukannya untuk mencapai keuntungan tertentu.[7]

Maka dalam berkomunikasi membuka diri sangat penting sekali, dengan kita membuka diri, rasa kepercayaan, kenyamanan dan keakraban akan muncul pada diri pribadi, dengan begitu komunikasi akan lebih efektif dan bertahan lama, sehingga komunikasi itu akan terbangun dengan harmonis karena sudah timbul rasa kepercaayaan antara komunikator dengan komunikan dan komunikasi itu pun terbangun degan kejujuran dan ketulusan. Pertanyaan yang timbul adalah mengapa membuka diri itu penting?

Ada sejumlah alasan yang menyebabkan kita perlu membuka diri kepada orang lain, yaitu dengan membuka diri, orang lain akan lebih mengenal diri kita, dan hubungan akan terasa lebih dekat, begitu pula sebaliknya. Keterbukaan diri menentukan sejauh mana orang lain menyukai diri anda. Keterbukaan diri merupakan suatu proses saling mengungkapkan diri, siapa dan bagaimana diri masing-masing terlibat didalamnya. Di dalam proses saling membuka diri, terjadi hubungan antar pribadi yang semakin lama semakin  erat. Diantara orang-orang yang membuka diri, terjadi pemahaman atas kelebihan dan kekurangan masing-masing. Hal ini akan menimbulkan perasaan saling menyukai.[8]

Jika orang lain tidak kenal dengan kita bagaimna mungkin orang lain akan berkomunikasi dengan kita, maka memberikan informasi sederhana berkaitan dengan pengenalan diri kita juga hal penting dalam membangun suatu komunikasi yang baik, kemudian hubungan dalam berkomunikasi dengan orang lain akan semakin dekat, kedekatan itulah yang kemudian akan membentuk keserasian dlam berkomunikasi, hal inilah yang dapat menjadikan individu satu dengan yang lain saling menyukai karena ada keterbukaan, sehingga saling mengetahui kelebihan dan kekurangannya.

 

 

 

C.    Menyadari Diri

Apabila masing-masing individu  saling menyadari keberadaan dirinya, memahami dan mengenali siapa dirinya, menerima diri apa adanya  dengan segala kelebihan dan kekurangan, maka akan dihasilkan  suatu  hubungan antarpribadi yang  berkualitas, yaitu  hubungan yang tulus, jujur, terbuka, dan tidak dibuat-buat.

Kemampuan menyadari diri sendiri tergantung pada seberapa besar umpan balik (feedback) yang diberikan oleh orang lain. Sedangkan kualitas umpan balik yang diberikan orang lain pada seseorang sangat tergantung pada seberapa jauh orang tersebut membuka diri. Untuk meningkatkan hubungan yang efektif seseorang harus menyadari segala konsekuensi dari perilaku yang dilakukannya dan mampu memutuskan bentuk konsekuensi yang diinginkannya.

Sebelum seseorang mampu memberikan umpan balik, sikap terbuka terhadap masukan dari orang lain harus sudah dimiliki orang tersebut. Seseorang harus mengembangkan perspektif  berfikir bahwa masukan dari orang lain sangat penting bagi perkembangan diri. Karena setiap perilaku akan dipersepsikan secara berbeda  oleh orang lain. Selain itu, umpan balik sangat berguna untuk mengukur apakah sebuah perilaku sudah efektif menurut orang lain. Dengan pemahaman ini seseorang diharapkan bersikap terbuka terhadap setiap masukan yang  diterimanya. Untuk itu ada beberapa sikap yang harus dimiliki pada seseorang agar mampu menerima masukan (feedback) secara terbuka:

1.      Berfikir positif

Jika anda menerima masukan, fokuskan pada hal-hal yang positif. Sebaliknya menghindari pikiran negatif ketika orang lain memberi masukan pada anda, sebab pikiran ini akan mendorong anda untuk bersikap defensif dan tertutup. Anda berprasangka bahwa orang lain meremehkan anda, ingin membuat malu, atau menghakimi. Anda harus memahami bahwa jika ada orang yang memberikan masukan, berarti mereka memperhatikan diri anda dan ingin mendorong anda menuju ke arah yang lebih positif .

2.      Pahami intisari dari masukan

Setiap masukan yang disampaikan orang lain, pahami intisari atau makna dari masukan tersebut. Hindari sikap masa bodoh terhadap masukan yang diberikan.

3.  Sadari bahwa semakin banyak masukan yang diterima semakin baik bagi anda.Prinsip ini merupakan hal yang penting untuk dipahami, karena di dalam diri seseorang terdapat bagian-bagian yang tidak diketahui atau disadari, akan tetapi hal tersebut justru bisa dipahami oleh orang lain.

4.  Minta masukan pembanding dari orang lainUntuk lebih akurat dan obyektif, kadang-kadang anda perlu juga meminta masukan pembanding dari beberapa orang, sebab pengamatan dari beberapa orang akan lebih akurat dibandingkan hanya dari satu orang.

Di dalam suatu proses interaksi, selalu ada tindakan menerima masukan dari orang lain dan memberi masukan pada orang lain. Masukan  yang diberikan  kepada seseorang  harus berfokus pada upaya membantu seseorang agar nantinya bisa berubah menjadi lebih baik, dan bukan sekedar hanya mengkritik semata.  Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memberikan feedback , yaitu ;

1.      Umpan balik  ditujukan pada perilaku, bukan pada pribadinya. Kita memberikan umpan balik pada tindakan yang dilakukannya.

2. Umpan balik  diungkapkan secara deskriptif, bukan sebaliknya dalam bentuk penilaian dari sisi baik buruknya tindakan tersebut.

3.  Umpan balik  dipusatkan pada perilaku yang spesifik, bukan perilaku yang abstrak, sehingga merujuk pada suatu tindakan yang spesifik yang dilakukan beserta situasi yang melingkupinya.

4.  Umpan balik  harus diberikan sesegera mungkin, Jika umpan balik ditunda maka semakin kurang manfaatnya. (here and now).

5.  Umpan balik  diberikan dalam upaya berbagi perasaan dan pemikiran. Bukan dalam bentuk nasihat atau menggurui.

6.  Dalam memberikan umpan balik jangan memaksakan pada orang lain. Umpan balik harus mengabdi pada kepentingan penerima, bukan kemauan di pemberi.

7.  Umpan balik    tidak disampaikan secara bertubi-tubi sampai melebihi batas kemampuan penerima untuk memahami. Umpan balik diberikan untuk menolong orang lain berkembang, bukan untuk memuaskan hasrat menasehati orang lain.

8. Umpan balik    diarahkan pada tindakan yang dapat diubah oleh orang bersangkutan. Bukan sebaliknya pada ciri-ciri sifat yang sudah melekat sehingga sulit dirubah.

Maka dengan demikian jelas bahwa menyadari diri itu akan membentuk hubungan antar pribadi yang berkualitas, dengan mnyadari diri kita mengetahui atas segala kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri kita, sehingga dengan kesadaran akan kekurangan yang kita miliki kita dapat menerimanya dengan lapang dada, artinya tetap menerima diri dengan apa adanya, sehingga dengan menyadari diri sendiri akan tercipta komunikasi antar pribadi yang jujur dan  tulus dalam membuka diri tanpa ada kebohongan dalam berkomunikasi. Kebohongan dalam membuka diri ketika berkomunikasi akan menimbulkan hubungan yang tidak harmonis dalam berkomunikasi tersebut.

D.    Keterampilan Membuka Diri

Ketika seseorang membuka diri harus memperhatikan aspek internal dan aspek eksternal. Aspek internal yaitu aspek dalam diri seseorang tentang bagaimana menampilkan dirinya pada orang lain ketika berinteraksi. Kemampuan menampilkan diri itu meliputi ; kepercayaan pada diri sendiri, cara berpakaian, sikap, postur tubuh, kontak mata, intonasi suara, dan bahasa tubuh serta keseluruhan kemampuan dalam menyampaikan pesan. Sedangkan aspek eksternal meliputi ; situasi saat itu, norma sosial, dan kepada siapa orang yang dihadapi, apakah orang tua, pimpinan, teman sejenis kelamin, teman beda jenis kelamin, tetangga, kolega, konsumen, atau orang asing yang belum dikenal.

Seseorang yang akan membuka diri harus dilakukan secara bertahap keluasannya dan kedalamannya sesuai dengan perkembangan dan intensitas hubungan antar pribadi tersebut. Oleh sebab itu, membuka diri harus dilakukan secara tepat. Keterbukaan diri dianggap tepat bilamana :

1.      Dilakukan secara bertahap seiring dengan perkembangan hubungan antarpribadi. Semakin lama suatu hubungan, menjadikan orang-orang yang terlibat didalamnya semakin terbuka satu sama lain.


2.      Dilakukan secara timbal-balik. Artinya orang-orang yang terlibat dalam hubungan antarpribadi saling terbuka satu sama lain. Tidak hanya seorang diri saja yang membuka diri, sedangkan yang lainnya menutup diri.


3.      Berkenaan dengan apa yang sedang terjadi pada diri kita, dan apa yang sedang terjadi pada hubungan antara orang-orang yang terlibat di dalam keterbukaan diri tersebut.


4.      Menjadikan hubungan antarpribadi tersebut menjadi semakin baik.


5.      Mempertimbangkan akibat yang ditimbulkan dari keterbukaan diri pada orang lain tersebut, dan kepada siapa anda membuka diri ?


6.      Mempercepat berlalunya krisis, bila terjadi masalah dalam hubungan antar pribadi.


7.      Secara berangsur-angsur membuka diri dilakukan dari tingkat terbawah atau informasi yang sifatnya umum, seperti ; informasi hoby, olah raga, sekolah, dan liburan.


Pada dasarnya membuka diri dapat dilakukan secara verbal dan non-verbal. Berikut ini adalah cara membuka diri secara verbal :


1.      Menggunakan kata ”saya”.Ungkapkan kepada orang lain tentang apa yang  anda yakini, apa yang anda percayai, apa yang anda pikirkan. Misalnya : ” Saya merasa senang dengan hasil ulangan kemarin ”

”Saya berharap, teman-teman sekelas bisa lulus semua”


2.      Menggunakan kalimat bahasa yang jelas. Gunakan bahasa yang jelas dan mudah dipahami oleh orang lain. Hindari penggunaan kalimat yang berbelit-belit dan bermakna majemuk atau ganda untuk menghindari intepretasi yang bermacam-macam. Misalnya :    Saya senang dengan kepemimpinan Kepala Sekolah kita. Beliau disiplin, kreatif, bijaksana dan tidak membeda-bedakan orang.”


3.      Menggunakan pernyataan langsung. Penggunaan pernyataan langsung menggambarkan kondisi nyata yang dialami, dirasakan, dan dipikirkan saat itu. Ketika membuka diri  hindari penggunaan pernyataan tidak langsung. Misalnya :     ” Saya senang, kamu datang tepat waktu”       (pernyataan langsung)

” Kata Pak Guru, kita nggak boleh datang terlambat”(pernyataan tidak langsung)


4.      Menggunakan kalimat bahasa yang lengkap dan tepat. Penggunaan kalimat bahasa yang lengkap lebih mudah untuk dipahami maknanya. Misalnya :    Saya yang memutuskan  sendiri untuk  sekolah di SMK, karena lulusan SMK lebih mudah untuk mencari pekerjaan dibandingkan lulusan SMA”, ”Saya tidak bisa berangkat ke sekolah hari ini karena sakit ”


5.      Jangan menggunakan kalimat bahasa yang terpotong-potong  dan penggunaan kata-kata yang tidak ada maknanya. Penggunaan kalimat yang terpotong-potong akan menghambat pemahaman makna yang di sampaikan, sehingga interaksinya menjadi tidak efektif . Misalnya :  ”Eee, sa..saya memang sudah ee...lulus, eemm tapi.....eee belum dapat ee....pekerjaan. Kamu e...sendiri bagaimana ?”


6.      Jangan mengunakan pernyataan yang maknanya menyinggung perasaan orang lain, karena akan menyakiti orang lain dan akan membuat hubungan menjadi renggang. Misalnya : ” Saya tetap akan sekolah di SMK, meskipun kamu melarangnya”.         ” Saya kecewa telah mengikuti saran-saranmu”


Berikut ini adalah cara membuka diri secara non-verbal :


1.      Menggunakan bahasa tubuh secara wajar, santai, pandangan ke obyek, dan tidak dibuat-buat. Duduk tegap, santai menimbulkan kesan bahwa anda orang yang terbuka. Misalnya : Ketika seseorang berkata : ” saya merasa senang dengan bantuan anda kemarin” Dia menyampaikan dengan sikap hangat, wajar, dan senyum akan dipahami orang lain sebagai sikap yang terbuka . Maknanya akan berbeda jika pernyataan tersebut di sampaikan dengan wajah cemberut, dan pandangan membelakangi obyek.


2.      Menggunakan bahasa tubuh secara spontan, tepat, dan tidak dibuat-buat.Penggunaan bahasa tubuh yang spontan, tepat, dan tidak dibuat-buat menunjukkan ketulusan dan kejujuran seseorang dalam membuka diri. Misalnya : Seseorang mengucapkan : ” Wah..selamat ya Tom...! Saya ikut senang, kamu lulus”. Pernyataan tersebut diucapkan dengan berjabat tangan dan senyuman secara spontan, akan menimbulkan sikap hangat keduanya, dan akhirnya akan mendukung hubungan yang terbuka. Berbeda maknanya jika pernyataan tersebut tidak diikuti ekspresi bahasa tubuh yang mendukung atau dengan tatapan mata yang sinis tanpa senyum. Ekspresi ini akan dipersepsikan lain, atau bermakna negatif.


3.      Menggunakan  intonasi suara yang wajar , jelas, dan tepat. Penggunaan intonasi suara yang tidak tepat bisa menimbulkan kesalahpahaman dalam pemaknaan kata-kata yang disampaikan. Misalnya : Seseorang mengucapkan : ” pergi ”. Kata ini akan memiliki makna yang berbeda,  manakala diucapkan dengan intonasi suara yag tinggi dan keras, dengan diucapkan intonasi suara pelan dan lembut.


4.      Menggunakan kontak mata secara wajar. Wajar berarti pandangan tidak melotot, melirik, atau tatapan-tatapan lain yang bisa menimbulkan kesalahpahaman. Tatapan mata menuju ke arah obyek bicara secara wajar.


5.      Ekspresi wajah yang responsif dan positif. Keseluruhan penggunaan bahasa tubuh yang ditunjukkan melalui ekspresi wajah dapat menekankan sikap kepedulian dan keterbukaan. Senyuman, kontak mata, yang positif dan responsif menunjukkan kesediaan untuk membuka diri.

Maka cara dalam keterampilan membuka diri ini sangat penting untuk diperhatikan, karena dengan bahasa yang salah walaupun sebenarnya kita tidak bermaksud untuk menyinggungnya, akan dikhawatirkan memberikan bekas yang tidak baik bagi lawan komunikasi kita, sehingga komunikasi itu tidak sesuai dengan keinginginan ari rujuan dalam berkomunikasi, saling keterbukaan juga tidak ada, akhirnya komunikasi itu juka keterbukaan tidak ada, maka akan tidak efektis dan kemungkinan besar tidak akan bertahan lama.


E.     Kesimpulan

Dalam suatu hubungan antar pribadi dimulai bila dua orang yang berhubungan mulai saling membuka tentang dirinya. Dengan membuka diri saat berkomunikasi akan menghasilkan hubungan antar pribadi yang lebih berkualitas, karena akan terbangun kejujuran dan ketulusan dalam berkomunikasi. Pengetahuan tentang diri akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi lebih dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan-gagasan baru, lebih cenderung menghindari sikap defensive, dan lebih cermat memandang diri kita dan orang lain.

Kemudian penyadaran diri juga sangat penting selain memahami tentang keadaan diri kita yang kemudian dapat menjadikan suatu informasi bagi orang lain tentang profil diri, lebih dari pada itu penyadaran diri akan membuat kita mengenal kelebihan maupun kekurangan akan diri kita.

 

Referensi

Widjaja. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. 2000. (Jakarta: Rineka Cipta.

 

DeddyMulyana, Prinsip-PrinsipDasarKomuunikasi, (Bandung:PTRemajaRosdakarya.

 

Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Komunikasi. , 2007. (Bandung: Remaja Rosdakarya.

 

Toto Tasmara. Komunikasi Dakwah. 1997. (Jakarta: Gaya Media Pratama.

 

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Microsoft%20Word%20%20Membuka%20Diri.pdf


[1] http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Microsoft%20Word%20-%20Membuka%20Diri.pdf

[2]Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 128.

[3] Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi,…, hlm. 129

[4] http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Microsoft%20Word%20-%20Membuka%20Diri.pdf

[5] DeddyMulyana, Prinsip-PrinsipDasarKomuunikasi, (Bandung:PTRemajaRosdakarya), hal 212-213.

 

[6] Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 107.

[7] Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), hlm. 7.

[8]  http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Microsoft%20Word%20-%20Membuka%20Diri.pdf

 

About Author Muhammad Fathir Ma'ruf Nurasykim

Writing is one way that you can interact with the world wisely

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Start typing and press Enter to search