[Latest News][6]

Article
Cerpen
Fiksi
Kebangsaan
Konseling
Politik
Psikologi
Psikoterapi Islam
Relationship

Layanan Konseling: Konseling Islam


a.       Nasehat Al-Qur’an Tentang Hati

Berangkat daripada Al-Qur’an surat ke-2 ayat 10, Allah Swt. berfirman,
 “ dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.”
Dalam tafsir Fi Zhilalil Qur’an dikatakan mengenai ayat di atas bahwa maksud “penyakit” adalah mental mereka sakit, dalam hati mereka ada penyakit, dan inilah yang memalingkan mereka dari jalan yang lurus, serta menjadikan mereka pantas mendapatkan tambahan penyakit dari Allah. Penyakit itu menimbulkan penyakit lagi.[1]
Mengenai Firman-Nya: “Di dalam hati mereka ada penyakit,” as-Suddi menceritakan, dari Ibnu Mas’ud dan beberapa sahabat Rasulullah saw, ia mengatakan: “yaitu keraguan, lalu Allah menambah keraguan itu dengan keraguan lagi.” Menurut ‘Ikrimah dan Thawus, “Di dalam hati mereka ada penyakit” yaitu riya.[2]
            Dalam Kitab Tafsir Al-Maraghi dijelaskan bahwa makna hati dari ayat tersebut adalah sesuatu yang logis, masuk akal, pikiran. Pengibaratan ini dikenal oleh bangsa Arab, seakan mereka memperhatikan bahwasanya hati menampakkan apa yang ada didalamnya suatu bekas yang samar yang merupakan kepada amalan-amalan  ketika takut atau senang.     
Yakni keyakinan mereka terdahap kebenaran Nabi Muhammad s.a.w. lemah. Kelemahan keyakinan itu, menimbulkan kedengkian, iri-hati dan dendam terhadap Nabi s.a.w., agama dan orang-orang Islam.

 Substansi dari Manajemen Qalbu

 Hati adalah tempat bersemayamnya niat, yakni yang menentukan nilai perbuatan sesorang. Berharga ataukah sia-sia, mulia atau nista. Niat ini selanjutnya diproses oleh akal pikiran agar dapat direalisasikan dengan efektif dan efisien oleh jasad kita dalam bentuk amal perbuatan.[3]
a.       Hati dan Olah Hati
Kemuliaan dan keutamaan manusia adalah hati. Dengan hatinya manusia mengungguli makhluk-makhluk lain. Dengan hatinya ia siap untuk makrifatullah (mengenal hati). Manusia mampu mengenal Allah Swt. dengan hatinya, bukan dengan organ-organ tubuhnya. Hatilah yang mengetahui Allah, yang beramal untuk Allah, yang berjalan menuju Allah, yang mendekat kepada Allah. Allah telah mengaruniai hati manusia dengan berbagai keistimewaan yang karenanya mereka lebih mulia daripada binatang dan membuatnya layak dekat dengan Allah ‘Azza wa Jalla.[4]­
Hati sebagai raja, sedangkan tentara-tentaranya menjadi pelayan dan pembantu. Hatilah yang mengatur hati anggota tubuh. Anggota tubuh telah diciptakan berwatak patuh terhadap hati, tidak bisa menentang dan tidak bisa berontak terhadap terhadap hati. Jika hati menyuruh mata untuk membuka kelopaknya, maka kelopak mata itu akan terbuka. Jika hati menyuruh kaki untuk melangkah, kaki pun melangkah. Jika hati menyuruh lisan berkata-kata, lisan pun berkata-kata.  

 Konsep Islam dalam Manajemen Qalbu

Seseorang yang beriman apabila ia telah menanamkan prinsip ke-Tauhid-an dalam dirinya. Beriman ialah mempercayai (Allah) di dalam hati, dan mengikrarkan dengan ucapan serta mengamalkannya dengan jasad atau anggota-anggota tubuh. Islam meletakkan prinsip Tauhid, Ibadah dan Mu’amalah. Bagaimana individu bertauhid kepada Allah swt., baik itu rububiyah-Nya atau uluhiyah-Nya. Prinsip tauhid ini merupakan pintu gerbang utama untuk menerima kebenaran yang hakiki. Sehingga dengan itu, maka selanjutnya adalah kebenaran akan mudah sampai ke hatinya. Lalu bagaimana Islam mengkonsepsikan manajemen qolbu atau di kalangan sufi dikenal dengan tazkiyatun nafs. Pensucian jiwa, pembersihan hati serta perawatannya.
Konsekuensi daripada prinsip katuhidan ini adalah kita mengenal Allah Swt. Dan kita akan pernah mampu untuk mengenal Allah, tanpa terlebih dahulu kita mengenal diri kita sendiri. Beberapa cara dalam melakukan pembersihan jiwa yang pertama adalah : Pengenalan diri. Pengenalan diri sangat penting. Ikhtiar pembersihan hati harus dimulai dengan upaya memahami diri dan orang lain. Tanpa pemahaman dan pengenalan yang mendalam mustahil kita dapat terhindar dari kekotoran hati. Tentu kita melihat ini semacam sumber dari manajemen qalbu, seseorang yang mampu mengendalikan perasaan (emosinya) adalah orang yang bisa memahami siapa dirinya. Dalam mengenal diri terdapat aspek yang perlu dan penting untuk kita perhatikan, yaitu mencermati potensi diri, baik positif maupun negative. Penulis telah menyebutkan beberapa potensi, akal, jasad dan hati. Hati sebagai pusat kendali jasad dan akal kita.
Yang kedua adalah pembersihan hati. Kesuksesan dalam konsep manajemen qalbu adalah bagaimana kita secara istiqamah dapat terus melakukan pembersihan hati di sepanjang kehidupan. Tekad atau kemauan ibarat sebuah generator yang menggerakkan aktivitas positif kita. Allah Swt., berfirman dalam Surat al-‘Ashr ayat 1-3 yang berbunyi,
 “ demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”
Dari ayat ini kita dapat mnegetahui bahwa manusia yang professional adalah manusia yang mampu mengelola waktunya secara efektif. Manusia yang bernilai adalah manusia yang mampu menyediakan waktunya untuk mengevaluasi diri dan saling menasihati dalam hal kebenaran dan kesabaran. Kemudian seseorang yang mampu menyisihkan waktunya untuk mengevaluasi diri. Dengan evaluasi seperti ini (muhasabah), kita mengerti bagaimana watak orang dan juga watak diri kita sendiri.
Kemudian tentang mengelola perasaan. Perasaan itu ibarat kuda liar. Jika tidak menaklukannya, kita pun akan terjatuh dan terpelanting dibuatnya. Pengelolaan perasaan ini berhubungan dengan hawa nafsu. Dan tentunya perasaan ini bersumber dari dalam diri
kita. Perasaan ini jika tidak dikendalikan akan menggumpal menjadi amratul qulub (penyakit hati). Berbagai macam penyakit hati, amarah dan bersumber dari ucapan dan pandangan.

Konsep Konseling Islam

1.      Pandangan Konseling Islam tentang Qalbu

Allah Swt.,yang menciptakan manusia, dan ia mengetahui apoa yang dibisikkan dalam hatinya dalam setiap detik. Hati manusia memiliki karakteristik senantiasa berbolak-balik, sekali senang sekali susah, sekali setuju sekali menolak, ia berpotensi untuk tidak konsisten, oleh karena itu Allah minta pertanggung jawaban perbuatan yang disengaja oleh hati.[5]
 “ Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Allah menghukum kamu disebabkan (sumpahmu) yang disengaja (untuk bersumpah) oleh hatimu. dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun”.
Ada hati yang lembut dan ada yang kasar. Hati yang lembut adalah karena rahmat Allah, sedangkan hati yang kasar adalah karena hawa nafsu.
 “ Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”
Dalam pengobatan penyakit hati ini, rasulullah telah menunjukkan pengobatan yang tidak akan terlintas di otak para pembesar kedokteran dimana ilmu, percobaan, dan prediksi mereka belum terarah kepada pengobatan tersebut. Rasulullah menawarkan pengobatan dengan obat-obattan hati dan ruhani. Obat yang selalu menambah kekuatah hati dan ketetapannya kepada Allah dengan selalu bertawakkal kepada-Nya, meminta perlindungan kepada-Nya menyerahkan segala hal ke pangkuan-Nya, tunduk kepada-Nya, bersedekah, berdoa, bertobat, memohon ampun, berbuat baik kepada semua makhluk, menolong yang teraniaya dan juga menghilangkan kesedihan orang yang berduka.
Ibnu Qayyim al-Jauziyah berkata, “kami telah mencoba hal ini dan kami melihatnya bereaksi di saat obat-obatan padat itu selalu menjadi alternatif bagi para dokter, walau hal ini tidak keluar dari hukum dan ketetapan Allah. Namun, penyakit hati memiliki banyak penyebab. Di saat hati telah bersambung dengan Tuhan semesta alam (Pencipta penyakit dan obat; pengatur tabiat dan pengubahnya dengan segala kehendak-Nya), maka sesungguhnya ia telah memiliki obatnya tersendiri selain obat bagi hati yang ditawarkan padanya namun jauh dari penyembuhan yang diharapkan.[6]


[1] Sayyid Quthb, Fi Zhilalil-Qur’an penerjemah As’ad Yasin, Abdul Aziz Salim Basyarahil, Muchotob Hamzah,dkk. (2006). Jakarta: Gema Insani, hlm 52

[2]  ‘Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, (2011) Lubaabut Tafsir Min Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, penerj. M.Abdul Ghoffar. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’I, hlm 61

[3]Gymnastiar, A. (2005). JAGALAH HATI: Step by step Manajemen Qolbu, Bandung: Khas,…….

[4] Syekh Yahya ibn Hamzah al-Yamani. (2012). Pelatihan Lengkap Tazkiyatun Nafs terj. Maman Abdurrahman Assegaf, kitab Tashfiyat al-Qulub min dara al-Awzar wa al-Dzunub, Jakarta: Zaman, hlm 19.

[5] Sutoyo, A. (2013). Bimbingan dan Konseling Islami (Teori dan Praktik), Yogyakarta : Pustaka Pelajar, hlm 78-79

[6] Musfir bin Said Az-Zahrani. (2005). Konseling Terapi, penerjemah. Sari Narulita dan Miftahul Jannah At-Taujiih wal Irsyaadun nafsi minal Qur’aniil Hakim was-Sunnatin Nabawiyyah, Depok: GEMA INSANI, hlm 523.

About Author Muhammad Fathir Ma'ruf Nurasykim

Writing is one way that you can interact with the world wisely

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Start typing and press Enter to search