Pemimpin dan Kepemimpinan
Kita semua tentunya merindukan sosok pemimpin. Secara fisik,
sekarang Aceh sudah lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Infrastrukturnya sudah mulai menunjukkan
peningkatan pertumbuhan dan perkembangan, walaupun kesenjangan sosial masih
tinggi. Dari segi hukum, sudah mulai tertata dengan baik. Qanun-qanun yang
telah disahkan juga turut mendukung Aceh untuk menjadi daerah madani, walaupun
permasalahan juga masih banyak terjadi.
Aceh merupakan daerah petrodollar
yang turut menyumbangkan kekayaannya bagi negara ini, tetapi sangat disayangkan
masih banyak rakyat aceh yang hidup di bawah garis kemiskinan. Tentu saja,
semua permasalahan tersebut tidak bisa diselesaikan jika tanpa dukungan dari masyarakat dan pemerintah Aceh. Keduanya harus saling
bersinergi, jangan lagi kita
dengar ada gesekan-gesekan yang mengedepankan kepentingan kelompok dan alpa serta abai dari kepentingan dan
hak rakyat.
Akan tetapi, mari, semua elemen
di Aceh ini merasa mempunyai tanggung jawab dan kontribusi bagi Aceh yang lebih
baik. Cukuplah rasanya permasalahan tersebut terjadi di masa lalu, jangan terulang lagi. Terlebih, rakyat Aceh adalah
mayoritas beragama Muslim, tentu seharusnya permasalahan tersebut bisa
diselesaikan dengan berlandaskan prinsip Islam dan juga tauladan yang telah
dicontohkan oleh Nabi Saw dan juga para khalifah ketika memimpin ummat
ini.
Kita tidak membantah bahwa
pemimpin kita masih belum peka terhadap kondisi masyarakatnya, masih
memprioritaskan kepentingan pribadi ataupun kelompoknya. Padahal hampir 11
tahun sudah, Aceh memiliki otonomi khusus untuk dijalankan oleh otoritasnya
demi kesejahteraan masyarakat Aceh. Sudah berapa banyak darah yang tumpah dan nyawa melayang untuk
memperjuangkan kemaslahatan Aceh ini, tetapi bagi “mereka” yang telah
menjadikan rakyat sebagai tamengnya untuk kedudukan ataupun jabatan yang dicari.
Dengan semena-mena mengkhianati
perjuangan tersebut demi kepentingan pribadi dan kelompoknya. Jabatan sudah
menjadi alternatif untuk memperkaya diri sendiri. Jabatan tidak lagi dianggap
sebagai amanah dari Allah SWT, akan tetapi dianggap sebagai ajang “balas dendam” untuk menutupi praktik “money
politics” yang mereka jalankan sebelum menduduki jabatan itu.
Partai-partai pun harus berperan.
Partai-partai yang ada di Aceh ini, baik partai nasional maupun lokal berusaha
bersama-sama untuk mewujudkan kepentingan rakyat, menjaring kader-kader terbaik
mereka yang siap untuk berbuat untuk Aceh madani yang lebih baik, bukan malah
mengeruk kekayaan Aceh demi kepentingan kelompok maupun asing.
Fenomena yang kita dapatkan
sekarang adalah bahwa di internal partai sendiri, terjadi persingan yang tidak
sehat, para kandidat maju berdasarkan tingginya nominal yang mereka berikan
kepada partai, kalau sudah begitu, rusaklah semua tatanan dan kepercayaan yang
telah diberikan.
Padahal, negara ini terbentuk
karena adanya partai. Tidak ada lagi kemurnian, sudah hilang sosok pejuang hak
rakyat, sudah hilang jiwa-jiwa pemimpin ideal, lebih sibuk mengurus “perut”
mereka daripada rakyatnya. Kenapa itu semua bisa terjadi?, kemana perginya
putra-putri terbaik Aceh?.
Apakah mereka merasa dikhianati
atau lebih senang berkarir di tempat orang, lebih senang mengabdi di negeri
orang, yang pasti karena orang atau sosok yang pantas untuk memipin dan layak
dijadikan pemimpin malah tidak mau menjadi pemimpin, sedangkan orang yang tidak
pantas dan tidak layak untuk memimpin dan dijadikan sebagai pemimpin sibuk
untuk maju sebagai pemimpin. Sedih kita kalau melihat seperti ini, rakyat
menjadi terkotak-kotak karena uang.
Dewasa ini, Aceh sedang mengalami
krisis kepemimpinan, kehilangan sosok yang dapat dijadikan panutan, tidak ada
lagi suri tauladan yang baik, dan tidak ada yang bisa menjaga kepercayaan
rakyat. Mereka yang maju sebagai kandidat adalah orang-orang yang tidak
dibekali pengetahuan dan tidak mengetahui tujuan mereka sebagai pemimpin,
sehingga ketika sudah menjadi pemimpin tidak tahu apa yang harus dilakukan,
akhirnya ya mereka bermain proyek, setelah itu dipastikan akan korupsi.
Akibatnya, rakyat Aceh yang dahulunya merupakan masyarakat yang ramah, tamah,
sopan, santun, religius, saling menghormati berubah pelan-pelan menjadi
masyarakat yang homo homini lupus dikarenakan kesejahteraan yang terenggut oleh
pemimpin-pemimpin yang tidak bertanggung jawab. Sosok tersebut harus lahir dari
rakyat yang memahami akar dari permasalahan Aceh saat ini.
Maka, keidealan seorang pemimpin
yang sedang diinginkan oleh rakyat Aceh untuk menjadikan Aceh menjadi daerah
madani adalah pertama, rakyat Aceh sekarang menginginkan pemimpin yang dapat
menyelesaikan permasalahan kemiskinan, minimal, menekan persentase angka
kemiskinan menjadi lebih kecil. Semakin kecil angka kemiskinan, maka semakin
kecil pula angka kejahatan dan otomatis itu akan merubah dan menjadikan Aceh
sebagai kota yang madani.
Kedua, rakyat menginginkan sosok
pemimpin yang dapat menyatukan persaudaraan antar rakyat Aceh, tidak lagi
membuat perpecahan, jangan lagi rakyat terkotak-kotak, berpecah belah dan
jangan ada kamuflase yang dapat menghancurkan persatuan dan kesatuan, khususnya
di Aceh. Ketiga, pemimpin yang senantiasa untuk mengajak dan menyeru rakyatnya
menjadi umat yang senantiasa mengerjakan perintah dan juga menjauhi
larangan-Nya. Jangan malu, kita tidak ingin pemimpin yang sebelum dapat ‘kursi’
selalu membaca ayat kursi, sudah dapat kursi, dia lupa dengan ayat.
Dahulu pun Islam datang sebagai
rahmatan lil ’alamiin yang dibawa oleh Nabi SAW sebagai dua dimensi. Pertama,
Islam sebagai agama dan kedua sebagai negara. Islam sebagai agama mengajak
orang-orang jahiliyah melalui pendekatan para da’i. Sejarah mencatat Madinah
al-Munawwarah menjadi kota madani berkat perjuangan Rasulullah Saw dan para
sahabat yang memiliki kesabaran yang sangat luar biasa dan optimisme tinggi.
Lalu, Islam sebagai negara dengan membawa pasukan-pasukan melakukan ekspansi
dan tentu saja di bawah komando baginda Rasulullah Saw.
Tugas dakwah bukan mutlak
dilakukan oleh para ‘ulama, akan tetapi juga dengan bersinergi bersara umara’.
Jikalau dua ini berkomitmen dan bersatu, bumi Aceh akan diberkahi oleh Allah
Swt. Begitulah sosok pemimpin yang diharapkan masyarakat Aceh agar dapat
membawa Aceh sebagai kota Madani. Keempat, pemimpin yang dapat mengangkat
marwah Aceh dan mengharumkan Aceh di antara provinsi-provinsi di Indonesia bahkan
di dunia. Tentu dengan
prestasi-prestasi yang sangat membanggakan.
Kelima adalah pemimpin yang siap menjadi ujung
tombak untuk memberantas segala jenis praktik korupsi yang sudah merajalela.
Amanah yang telah dipercayakan kepadanya jangan dikhianati. Pemimpin yang siap
untuk dipilih, maka ia harus siap menjadi pelayan bagi masyarakatnya.
Itu semua harus diwujudkan, mari
kita bersama-sama bersinergi untuk membangun, merubah dan menjadi penggagas
perubahan Aceh menjadi daerah yang madani dan lebih baik. Menghadapi pilkada
yang akan dilaksanakan mari kita memilih pemimpin yang mengedapankan nasib
rakyatnya, jangan karena uang.
Masyarakat Aceh harus sudah pintar memilih pemimpin yang baik bagi rakyat dan juga bagi daerah. Berbeda pendapat boleh, berpecah-belah jangan. Masa depan dan kejayaan Aceh berada di tangan rakyat. Pemimpin harus siap menerima kritik, saran dan juga perbaikan, rakyat Aceh harus mengontrol dan mengikuti jalannya pemerintahan ini.
PERMAINAN AGEN DOMINO 99 TERBESAR DI INDONESIA
BalasHapusTerbaik dan Terpercaya Di Indonesia.
Minimal Deposit Rp 20.000,-
Memiliki 8 game dalam 1 user id
Bonus Cashback 0.3%
Bonus Referral 15%
Bonus Extrak Refferal 5%
Contact Us
Fanspage FB : Sahabat QQ
Pin BB : 2BCD6D81
Pin BB : 2BD6A2E3
WA : +855-81734021
LINE : SAHABATQQ
WECHAT : SAHABATQQ
YM : cs2_sahabatqq@yahoo.com
Kami Siap Melayani anda 24 jam Nonstop
#domino99 #pokeronline #gamesonline #pokeronlineindonesia #pokeronlineterpercaya #pokeroblineterbesar #pokeronlineterbaik #gamesonlineterpercaya #agendomino #agenpokeronlineterpercaya #agenpoker #7gamesdalam1id #sahabathoki #sahabat9988 #sahabatqq