Emosi Positif dan Pikiran
Kehadiran emosi punya pengaruh yang amat kuat bagi kualitas pengalaman hidup manusia. Kemampuan menghadapi emosi yang datang secara jujur dan benar-benar lebur bersama emosi tersebut, merupakan hal yang penting untuk menghidupkan kehidupan yang utuh.
Kemampuan untuk mengatur respons terhadap emosi-emosi yang hadir dengan baik dan menjalankan strategi-strategi yang membantu mengembangkan kreasi emosi yang kreatif untuk masa depan adalah kunci sukses dalam hidup.
Menurut Eastwood Atwater, penulis buku Psychology of Adjusment, ia mengartikan emosi sebagai suatu kondisi kesadaran yang kompleks dan mencakup sensasi di dalam diri dan ke luar memiliki kekuatan memotivasi untuk bertindak. Ketika kita mengalami emosi tertentu, misalnya gembira, tentu ada penyebabnya. Contoh bertemu orang yang dikasihi, mendapat bonus, dsb.
Demikian juga emosi sedih, pasti ada penyebabnya, misalnya gagal ujian, putus hubungan dengan orang yang dicintai, dsb.
Sementara itu, Eckhart Tolle mengatakan bahwa emosi merupakan refleksi dari pikiran dalam tubuh manusia.
Peristiwa-peristiwa yang kita hadapi ini akan menyebakan otot-otot berkontraksi secara refleks, karena mengalami stimulasi, tak ubahnya seperti sengatan listrik. Setelah itu, kita akan menyadari dan menginterpretasi bahwa diri kita sedang gembira atau sedih. Dari interpretasi tersebut, kita dapat menentukan langkah apa yang dilakukan.
Berdasarkan keadaan tersebut, kita akan menemukan bahwa emosi terdiri dari tiga komponen, yaitu adanya perubahan fisiologis (sensasi pada tubuh), kesadaran dan interpretasi yang bermakna subjektif akibat adanya sensasi, serta kemungkinan untuk mengekspresikan kesadaran dalam tindakan.
Agar bisa mengontrol dan mengatasi ledakan emosi yang membahayakan, kita juga harus memahami lebih jauh dan lebih mendalam tentang komponen emosi yang terdapat pada diri kita. Komponen-komponen emosi tersebut meliputi sensasi tubuh, interpretasi sensasi dan respons adaptif.
- Sensasi Tubuh
Dari hasil temuan yang lebih baru menunjukkan bahwa lokasi sumber emosi ternyata berada pada sistem saraf pusat, yaitu otak. Emosi manusia selalu melibatkan jaringan kerja yang menyebabkan perubahan fisiologis cukup rumit, yang mempengaruhi jiwa dan tubuh secara simultan.
Ketika sebuah stimulus dirasakan oleh indra, impuls (sinyal atau pesan) dikirim melalui saraf-saraf yang menuju ke pusat otak. Saat berada di pusat otak ini, proses impuls yang terjadi terbagi menjadi dua. Sebagian impuls terkirim ke korteks, tempat stimulus disadari dan emosi dirasakan. Sedangkan bagian yang lainnya terkirim menuju otot yang menjadi tempat perubahan tubuh.
Menurut hasil temuan neurologis tersebut diungkapkan bahwa manusia mampu mengontrol emosinya dengan memanipulasi sensasi tertentu. Misalnya, anda dapat mengendalikan emosi sakit dengan memukul sesuatu yang memungkinkan sinyal sakit terkirim ke otak. Kejadian seperti ini telah dipraktikkan dalam dunia kesehatan, salah satunya dalam akupuntur.
- Interpretasi Sensasi
Hadirnya sebuah stimulus tidak hanya menimbulkan sensasi secara fisiologis, tetapi juga memunculkan sebuah interpretasi. Sensasi fisiologis sangat menentukan besarnya intensitas emosi, sedangkan interpretasi yang merupakan komponen mental ini menentukan kualitas atau makna sebuah emosi.
Itulah sebabnya ketika marah, melalu perubahan fisiologis, maka kita bisa merasakan hingga seberapa kuatnya kemarahan yang dialami. Selain itu, melalui pengalaman mental (proses interpretasi), juga dapat memahami penyebab marah dan makna lain dari kemarahan tersebut.
Mengenai interpretasi tersebut, dua orang peneliti, Schacter dan Singer, menemukan fakta bahwa gambaran mental (sesuatu yang kita pikirkan) dan situasi sosial yang ada menjadi petunjuk yang sangat penting, sehingga bisa menentukan penyebab interpretasi kita terhadap sensasi-sensasi yang terjadi pada tubuh. Contoh, ketika seseorang minum secangkir kopi. Saat itu, ia mungkin menyadari dan mungkin juga tidak menyadari tentang efek kopi itu terhadap fisiologis tubuhnya. Sesaat setelah meminum kopi, jantungnya berdetak kencang. Bila saat itu ia berhadapan dengan seseorang yang berperilaku kasar, bila ia tidak menyadari efek kopi terhadap detak jantung, ia akan menginterpretasi bahwa orang yang ada di hadapannya itu telah membuatnya marah.
Contoh lain juga berlaku dalam situasi sosial yang berbeda. Ketika kita mengalami sensasi kehangatan akibat meminum satu sloki anggur (wine), bila sesaat kemudian di hadapan kita hadir seorang lawan jenis yang cukup menarik, bila tidak menyadari efek fisiologis dari anggur, maka kita cenderung menginterpretasi kehangatan itu sebagai efek dari kehadiran orang lain tersebut. Kita dapat jatuh cinta karenanya.
Apabila pada suatu saat kita mengalami emosi tertentu, kita dapat menelusurinya melalui kondisi-kondisi seperti yang telah dijelaskan di atas. Adakah faktor fisiologis ysng ikut berperan? Apakah ada mengkonsumsi makanan, minuman, atau obat tertentu yang bisa mempengaruhi fisiologis tubuh? atau, apakah emosi tersebut muncul karena adanya faktor hormonal, menstruasi, monopause, andrpouse, atau sebab lainnnya?
Jika kita mampu mengenali penyebab emosi yang dialami, kita akan lebih bisa untuk mengendalikan emosi tersebut.
- Interpretasi Sensasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar